klikwartaku.com
Beranda Internasional Jihadis Gempur Pos Militer Mali di Tujuh Kota, Klaim Kuasai Barak Tentara

Jihadis Gempur Pos Militer Mali di Tujuh Kota, Klaim Kuasai Barak Tentara

Ilustrasi gelombang serangan jihadis mengguncang Mali ketika kelompok militan menyerang tujuh pos militer secara serentak

KLIKWARTAKU — Gelombang serangan jihadis mengguncang Mali, ketika kelompok militan menyerang tujuh pos militer secara serentak dan terkoordinasi pada Selasa pagi 1 Juli 2025. Serangan ini menjadi serangan besar ketiga terhadap militer Mali dalam satu bulan terakhir, menandakan lonjakan dramatis ketegangan dan ancaman teror di wilayah Sahel.

Kelompok afiliasi al-Qaeda, Jama’at Nusrat al-Islam wal Muslimin (JNIM), mengklaim bertanggung jawab dan menyebut telah menguasai tiga barak militer. Meski begitu, militer Mali membantah, mengklaim telah berhasil memukul mundur serangan dan menewaskan lebih dari 80 militan.

“Musuh mengalami kerugian besar di semua titik kontak,” ujar juru bicara militer Kolonel Souleymane Dembele dalam siaran resmi di televisi nasional.

Serangan Bergelombang: 7 Kota Jadi Target

Serangan terjadi di tujuh kota dan wilayah, termasuk Kayes, Binoli, dan Sandere, yang berada dekat perbatasan dengan Senegal. Beberapa lokasi di utara Mali dekat perbatasan Mauritania juga turut digempur.

Seorang warga Kayes mengatakan tembakan terdengar di seluruh kota, dan sejumlah bangunan publik seperti kantor polisi dan rumah gubernur mengalami kerusakan. “Kami hanya bisa bersembunyi. Tembakan terdengar dari segala arah,” katanya, seraya menambahkan jumlah korban sipil masih belum diketahui pasti.

JNIM Sebut Serangan “Berkualitas Tinggi”

Dalam pernyataan di media sosial, JNIM menggambarkan serangan ini sebagai “koordinasi tingkat tinggi dan berkualitas”, meski tidak menyebutkan jumlah korban dari pihak mereka.

Kelompok ini juga mengklaim dua serangan besar sebelumnya. Yakni pada 2 Juni lalu serangan terhadap kamp militer dan bandara di kota kuno Timbuktu. Kemudian 1 Juni, penyerbuan yang menewaskan setidaknya 30 tentara di wilayah tengah Mali.

Ancaman Luas di Sahel, Peringatan dari AS

Serangan terbaru ini memperkuat sinyal memburuknya stabilitas keamanan di Mali dan kawasan Sahel secara umum. Terutama setelah komando militer Afrika AS (AFRICOM) memperingatkan adanya upaya kelompok militan untuk memperluas jangkauan mereka ke pesisir Afrika Barat.

Jenderal Michael Langley dari AFRICOM menyebut aktivitas militan di Nigeria, Sahel, dan Danau Chad sebagai “sangat mengkhawatirkan” dan memperingatkan bahwa akses ke pesisir akan meningkatkan kapasitas penyelundupan senjata dan manusia secara drastis.

Krisis yang Terus Membara

Mali telah dilanda pemberontakan militan Islamis sejak lebih dari satu dekade terakhir, yang diperparah dengan konflik separatis dan lemahnya kontrol pemerintah di wilayah-wilayah terpencil.

Meskipun junta militer Mali berjanji mengendalikan situasi sejak merebut kekuasaan pada 2021, serangan semacam ini menunjukkan sebaliknya. Bahwa kelompok ekstremis semakin canggih dalam strategi dan logistik.

Apa Selanjutnya?

Serangan terkoordinasi ini menunjukkan JNIM dan kelompok ekstremis lainnya tidak hanya mempertahankan eksistensinya, tetapi juga meningkatkan serangan secara sistematis dan luas. Dengan meningkatnya kekacauan di Mali, kekhawatiran kini mengarah pada kemungkinan penularan kekerasan ke negara-negara tetangga, termasuk Senegal, Pantai Gading, dan Ghana.

Jika situasi tidak terkendali, kawasan pesisir Afrika Barat bisa menjadi front baru konflik jihadis, membuka babak baru dalam pertarungan yang semakin meluas di jantung Afrika.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan