Israel Rancang Pemindahan Seluruh Penduduk Gaza ke Rafah, Dikecam Sebagai Kejahatan Kemanusiaan
KLIKWARTAKU — Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan rencana kontroversial untuk memindahkan seluruh penduduk Gaza ke sebuah kamp yang akan dibangun di atas puing-puing Kota Rafah, di selatan Jalur Gaza.
Dalam pernyataannya kepada media lokal pada Senin 8 Juli 2025, Katz menyebut dirinya telah menginstruksikan militer Israel untuk menyiapkan kota yang akan menampung awalnya 600.000 orang, dan pada akhirnya seluruh 2,1 juta warga Gaza. Proses masuk ke kamp tersebut akan melalui penyaringan ketat guna memastikan tidak ada anggota Hamas yang ikut.
“Mereka tidak akan diizinkan keluar dari wilayah tersebut,” tegas Katz, sambil menambahkan bahwa pembangunan bisa dimulai jika terjadi gencatan senjata selama 60 hari yang kini sedang dirundingkan antara Israel dan Hamas.
Dikecam Sebagai Kejahatan Kemanusiaan
Rencana ini langsung menuai kritik tajam dari para pegiat hak asasi manusia. Pengacara HAM Israel, Michael Sfard, mengecam langkah tersebut sebagai rencana operasional untuk melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Ini adalah upaya transfer paksa penduduk ke ujung selatan Gaza sebagai persiapan untuk deportasi keluar wilayah tersebut,” kata Sfard kepada The Guardian.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya juga telah memperingatkan bahwa pemindahan paksa warga sipil di wilayah pendudukan dilarang keras menurut hukum internasional, dan bisa dikategorikan sebagai pembersihan etnis.
Belum ada tanggapan resmi dari Otoritas Palestina maupun kelompok Hamas terkait pernyataan Katz.
Dukungan Trump dan Rencana Pemukiman Ulang
Dalam pertemuan di Gedung Putih pada hari yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membahas rencana Presiden AS Donald Trump untuk menempatkan Gaza di bawah pengawasan Amerika dan memukimkan penduduknya di luar wilayah tersebut.
“Presiden Trump memiliki visi yang cemerlang — pilihan bebas. Jika mereka ingin tetap tinggal, silakan. Tapi jika mereka ingin pergi, mereka juga harus bisa pergi,” kata Netanyahu.
Trump menambahkan bahwa pemerintahannya telah mendapatkan dukungan penuh dari negara-negara tetangga dalam rencana ini.
Namun, pada bulan Maret lalu, negara-negara Arab secara kolektif menolak keras gagasan pemindahan warga Gaza. Mereka justru mendukung proposal Mesir senilai $53 miliar untuk rekonstruksi Gaza tanpa harus memindahkan penduduknya, dan menyebut pemindahan itu sebagai pelanggaran berat hukum internasional, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pembersihan etnis.
Bayang-Bayang Nakba Kedua
Warga Palestina kini dihantui oleh kemungkinan terulangnya Nakba — “malapetaka” dalam bahasa Arab — ketika ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan tanah mereka saat pembentukan negara Israel pada tahun 1948. Mayoritas dari mereka mengungsi ke Gaza dan kini menjadi 75 persen dari populasi wilayah tersebut.
Menurut data PBB, lebih dari 57.500 warga Palestina telah tewas sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023, menyusul serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.
Kini, lebih dari 90 persen infrastruktur rumah di Gaza hancur atau rusak, sementara sistem kesehatan, sanitasi, air bersih, dan logistik kolaps total. Kelangkaan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan semakin memperburuk krisis kemanusiaan.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage