klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Inflasi Kalbar September 2025 Tercatat 0,11 Persen, Pangan Masih Jadi Penekan

Inflasi Kalbar September 2025 Tercatat 0,11 Persen, Pangan Masih Jadi Penekan

Ilustrasi beras/Pixabay

KLIK WARTAKU – Perkembangan inflasi di Provinsi Kalimantan Barat pada September 2025 menunjukkan adanya kenaikan harga secara tahunan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang saya olah, inflasi year-on-year (y-on-y) Kalbar tercatat sebesar 1,94 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 108,06.

Dari sisi bulanan, tingkat inflasi month-to-month (m-to-m) pada September 2025 tercatat 0,11 persen, sedangkan inflasi year-to-date (y-to-d) atau kumulatif sejak Januari hingga September 2025 mencapai 1,16 persen. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun laju inflasi masih terkendali, tekanan harga tetap terasa di beberapa kelompok pengeluaran.

Pengeluaran yang menjadi penyumbang utama inflasi y-on-y adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan andil mencapai 1,29 persen. Kenaikan harga pada kelompok ini mencerminkan tingginya kebutuhan konsumsi rumah tangga, terutama bahan pangan yang sensitif terhadap perubahan pasokan dan permintaan.

Selain itu, inflasi juga didorong oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,25 persen, kelompok transportasi sebesar 0,14 persen, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,11 persen.

Sementara itu, terdapat kelompok yang justru mengalami deflasi kecil, seperti perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, masing-masing dengan kontribusi negatif 0,03 persen.

Inflasi Kalbar tidak merata di seluruh wilayah. Pada September 2025, inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kabupaten Ketapang yang mencapai 2,81 persen dengan IHK sebesar 109,63. Lonjakan inflasi di daerah ini terutama dipengaruhi oleh naiknya harga bahan pangan dan kebutuhan pokok rumah tangga.

Sebaliknya, inflasi terendah tercatat di Kota Pontianak sebesar 1,49 persen dengan IHK 107,32. Relatif rendahnya angka inflasi di ibukota provinsi ini bisa dipengaruhi oleh ketersediaan barang yang lebih terjamin dan akses distribusi yang lebih mudah dibandingkan wilayah lain.

Jika ditarik dalam tren sejak September 2024 hingga September 2025, inflasi Kalbar menunjukkan pola yang cukup berfluktuasi. Pada akhir 2024, inflasi masih stabil di kisaran 1,7 persen, lalu turun drastis pada awal 2025 hingga hanya 0,15 persen di Januari. Namun, memasuki pertengahan tahun, inflasi kembali meningkat seiring dengan naiknya harga pangan dan biaya transportasi, hingga sempat mencapai puncaknya pada Juli 2025 sebesar 2,14 persen.

Meskipun pada September 2025 terjadi sedikit penurunan dibanding Juli dan Agustus, angka inflasi 1,94 persen ini tetap mencerminkan adanya tekanan harga yang konsisten, terutama di sektor pangan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena kelompok makanan memiliki bobot terbesar dalam penghitungan inflasi, sehingga setiap kenaikan harga langsung berpengaruh signifikan terhadap indeks secara keseluruhan.

Kenaikan inflasi di Kalbar, meskipun masih dalam kategori terkendali, berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat jika tidak diantisipasi. Harga pangan yang terus bergerak naik bisa menekan konsumsi rumah tangga, terutama di wilayah dengan akses distribusi terbatas.

Bagi pemerintah daerah, tantangan utama ke depan adalah menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok, memperlancar distribusi barang, serta memastikan ketersediaan pasokan di pasar.

Mengingat inflasi lebih banyak dipicu oleh faktor pangan, penguatan rantai pasok dan distribusi logistik menjadi kunci untuk mengendalikan harga di Kalimantan Barat. **

 

Penulis: Novy Ramadhani

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan