Industri Game Inggris Dihantui Masalah Kelas Sosial: Talenta Ada, Kesempatan Tidak
KLIKWARTAKU — Kekhawatiran terhadap kesenjangan kelas sosial dalam industri game di Inggris kian mencuat. Dalam konferensi pengembang game terbesar di negeri itu, Develop: Brighton 2024, isu ini menjadi sorotan utama.
Chris Goodyear, seorang produser game yang aktif mengadvokasi aksesibilitas, menyampaikan kegelisahannya. “Saya khawatir masa depan industri game akan seperti teater—hanya bisa diakses oleh kalangan yang punya privilese,” ujarnya.
Isu ini dibahas dalam pertemuan khusus yang untuk pertama kalinya diadakan untuk kalangan kelas pekerja dan berpenghasilan rendah di sektor game Inggris. Acara ini diselenggarakan oleh organisasi nirlaba Into Games, yang didirikan oleh Declan Cassidy untuk mendukung partisipasi kelompok-kelompok yang kurang terwakili di industri.
Laporan Mengejutkan: Banyak Talenta, Tapi Tak Sampai Tujuan
Into Games merilis laporan pada 2024 yang mengungkap bahwa jumlah pelajar dari latar belakang ekonomi rendah yang mengikuti jalur pendidikan game cukup tinggi, tetapi hanya sedikit yang benar-benar berhasil masuk dunia kerja.
“They’re being failed at the last hurdle,” kata Cassidy. Hambatan-hambatan seperti lokasi geografis, keterbatasan dana, rendahnya modal budaya, dan minimnya jaringan disebut sebagai faktor utama.
Sebanyak 59 persen responden dalam survei mengaku pernah merasa “diasingkan” selama perjalanan karier mereka di industri game.
Will Luton, pendiri Village Studio Games, mengaku mengalami diskriminasi karena latar belakang kelas sosialnya. Ia bahkan merasa harus “menyamar” atau mengubah cara bicara agar asal-usulnya tidak ketahuan. “Banyak yang bilang karena saya sudah berhasil masuk, berarti masalahnya selesai. Tapi justru kami yang harus bersuara,” tegasnya.
Industri Game Tertinggal Dibandingkan Film dan Musik
Laporan juga mengungkap bahwa hanya 13 persen pekerja di industri game berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah—angka yang lebih rendah dibandingkan film dan TV (29 persen) serta musik dan seni visual (22 persen).
Nick Poole, kepala asosiasi industri game Inggris Ukie, mengatakan bahwa talenta sebenarnya banyak, namun kesempatannya yang tidak tersedia. “Kalau ingin menceritakan kisah yang nyata, kita harus memberi ruang bagi anak-anak muda yang berbakat namun kekurangan akses,” katanya.
Strategi Perubahan: 100 Studio Siap Rekrut Talenta Kelas Pekerja
Into Games kini mengarahkan dukungan ke enam wilayah utama: Birmingham, Brighton, Dundee, London, Manchester, dan Tees Valley. Program mereka mencakup outreach ke sekolah, magang berbayar, serta pelatihan yang didanai pemerintah.
Lebih dari 100 studio game telah berkomitmen untuk merekrut talenta dari kalangan pekerja mulai 2025 hingga 2026. Tujuan ambisius mereka: meningkatkan keterwakilan kelas pekerja di industri game Inggris hingga 50 persen pada tahun 2030.
“Manfaatnya akan sangat besar, tidak hanya bagi para pekerja, tapi juga untuk studio yang ingin menciptakan game yang lebih relevan, beragam, dan bermakna,” tutup Cassidy.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage