Indeks Kepercayaan Industri September 2025 Menurun
KLIK WARTAKU – Kinerja industri manufaktur Indonesia tetap tangguh di tengah dinamika global dan domestik. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September 2025 mencapai 53,02, menandakan sektor manufaktur masih berada di zona ekspansi meski mengalami perlambatan tipis dibanding bulan Agustus.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, menjelaskan, aktivitas produksi meningkat signifikan pada September 2025 dengan 12 subsektor industri ekspansif, sementara 11 subsektor mengalami kontraksi.
Delapan subsektor utama yang naik dari kontraksi ke ekspansi meliputi industri pengolahan tembakau, kulit dan alas kaki, kayu, bahan kimia, farmasi, kendaraan bermotor, alat angkut lainnya, dan furnitur.
Perlambatan IKI dipengaruhi turunnya indeks variabel pesanan dan persediaan produk, meski keduanya masih berada dalam zona ekspansi.
Variabel produksi sendiri mengalami kontraksi tipis selama empat bulan terakhir, namun menunjukkan perbaikan signifikan sebagai sinyal awal pemulihan.
Sebanyak 21 subsektor yang ekspansif berkontribusi 97,8% terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas triwulan II 2025, dengan industri pencetakan & reproduksi media serta industri minuman mencatat IKI tertinggi.
Kontraksi terjadi pada industri komputer, barang elektronik & optik, serta jasa reparasi dan pemasangan mesin, disebabkan lemahnya permintaan domestik, ketergantungan impor, dan sifat musiman pekerjaan jasa reparasi.
Dari sisi pasar, IKI berorientasi ekspor berada pada 53,99, sementara IKI domestik pada 51,92, keduanya masih di zona ekspansi. Optimisme pelaku usaha terhadap kondisi enam bulan mendatang meningkat menjadi 69,6%, sedangkan pesimisme menurun menjadi 6,1%.
Febri menekankan, tren ekspansi industri harus dijaga melalui kebijakan pro-industri yang konsisten, stabilitas politik, nilai tukar, dukungan fiskal, serta akses pembiayaan dan investasi yang optimal.
“Meskipun perlambatan terjadi, mayoritas industri menunjukkan perbaikan dan stabilitas, membuka peluang peningkatan produksi dan daya saing nasional,” ujar Febri. **
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini