Identitas Wanita India Dicuri untuk Konten Erotis AI, Mantan Pacar Jadi Tersangka Deepfake
KLIKWARTAKU — Seorang wanita di India menjadi korban kejahatan digital setelah wajahnya dicuri dan digunakan untuk membuat konten erotis berbasis kecerdasan buatan (AI). Identitas digital palsu tersebut dikenal dengan nama Babydoll Archi, akun Instagram yang sempat viral dengan lebih dari 1,4 juta pengikut sebelum diblokir.
Namun, di balik popularitas itu, tak ada sosok nyata yang bernama Babydoll Archi. Wajah cantik yang menghiasi foto dan video erotis itu ternyata hasil manipulasi AI yang mengambil rupa dari seorang ibu rumah tangga asal Dibrugarh, Assam, yang disamarkan dengan nama Sanchi.
Skandal ini terkuak setelah saudara laki-laki Sanchi melapor ke polisi pada 11 Juli, menyusul pemberitaan media tentang “influencer baru” asal timur laut India yang dikabarkan akan terjun ke industri film dewasa AS.
Penyelidikan polisi mengarah kepada Pratim Bora, mantan pacar Sanchi, yang ditangkap sehari kemudian di distrik Tinsukia. Menurut pejabat kepolisian Sizal Agarwal yang memimpin investigasi, Bora yang merupakan insinyur mesin dan penggemar teknologi AI, menggunakan foto pribadi Sanchi untuk membuat akun palsu sebagai bentuk balas dendam.
“Awalnya dia mengunggah foto asli yang telah dimodifikasi. Seiring waktu, ia memanfaatkan alat seperti ChatGPT dan Dzine untuk membuat versi AI dari wajah Sanchi dan mengunggah video serta foto deepfake,” jelas Agarwal.
Akun itu mulai menarik perhatian sejak tahun lalu dan viral pada April 2025 setelah video Babydoll Archi menari mengenakan sari merah beredar luas di media sosial, serta foto bersama bintang film dewasa Kendra Lust muncul di Instagram.
Monetisasi dan Keuntungan Fantastis
Menurut pihak berwenang, Bora telah memonetisasi akun tersebut menggunakan platform berbayar Linktree, dengan lebih dari 3.000 pelanggan. Dalam waktu lima hari sebelum ditangkap, ia diduga meraup sekitar 300.000 rupee, dan total pendapatan mencapai 1 juta rupee.
Barang bukti berupa laptop, ponsel, hard drive, serta dokumen bank milik Bora telah disita. Polisi menjeratnya dengan sejumlah pasal hukum terkait pelecehan seksual, penyebaran materi cabul, pencemaran nama baik, pemalsuan, dan penipuan identitas digital. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman penjara hingga 10 tahun.
Sanchi Terpuruk, Keluarga Jalani Konseling
Sanchi, yang tidak memiliki akun media sosial, baru mengetahui keberadaan akun palsu itu setelah muncul di pemberitaan nasional. Ia dan keluarganya kini tengah menjalani konseling akibat tekanan mental yang berat.
“Kami sangat menyesal tidak bisa bertindak lebih cepat sebelum akun ini menjadi viral,” ujar Agarwal. “Sanchi dan keluarganya tidak punya akses ke dunia maya dan tidak tahu apa yang terjadi sampai semuanya meledak.”
Kekhawatiran terhadap Deepfake dan Hukum yang Belum Siap
Kasus ini memicu perdebatan luas di media sosial India. Banyak warganet mendesak adanya aturan hukum lebih ketat untuk menanggulangi kejahatan berbasis AI. Namun, menurut ahli AI dan hukum, Meghna Bal, hukum saat ini sebenarnya cukup kuat, hanya belum menjangkau kompleksitas penggunaan AI generatif secara menyeluruh.
“Deepfake bisa sangat merusak, apalagi terhadap perempuan. Namun, hukum baru harus dirancang hati-hati agar tidak digunakan untuk membungkam kebebasan berekspresi,” ujarnya.
Meghna juga menambahkan bahwa korban seperti Sanchi memiliki hak untuk mengajukan gugatan di pengadilan dan meminta hak atas “right to be forgotten”, agar rekam jejak digitalnya bisa dihapus. Namun, ia mengakui bahwa menghapus jejak dari internet secara menyeluruh “hampir mustahil”.
Kasus Babydoll Archi kini menjadi pengingat keras bagi publik dan otoritas tentang bahaya teknologi tanpa regulasi, serta pentingnya kesadaran dan perlindungan digital—khususnya bagi mereka yang tidak aktif di media sosial, tetapi tetap rentan menjadi korban.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage