klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Hilirisasi Sawit Kalimantan Barat Bisa Tambah Rp 1,5 Triliun PAD dan Serap 4.000 Pekerja

Hilirisasi Sawit Kalimantan Barat Bisa Tambah Rp 1,5 Triliun PAD dan Serap 4.000 Pekerja

Ilustrasi kebun sawit. (Foto dibuat menggunakan Google Gemini)

KLIK WARTAKU — Sebagai daerah penghasil sawit terbesar ketiga nasional, Kalimantan Barat (Kalbar) berupaya memperkuat pendapatan asli daerah (PAD) melalui pengembangan industri hilir kelapa sawit yang strategis.

Kajian kelayakan dan dampak ekonomi yang dipaparkan oleh Guru Besar Kimia Agroindustri Universitas Tanjungpura, Prof. Dr. Thamrin Usman DEA menegaskan bahwa pengembangan sektor ini berpotensi menambah PAD hingga Rp 1–1,5 triliun per tahun sekaligus menyerap hingga hampir 4.000 tenaga kerja.

Menurut Thamrin Usman, strategi utama adalah mengurangi ekspor crude palm oil (CPO) mentah dan mengembangkan produk bernilai tambah seperti oleokimia (RBD Palm Oil), biodiesel, ekstraksi beta-karoten, serta pemanfaatan limbah sawit menjadi energi dan produk bernilai ekonomi.

Investasi besar dengan BEP cepat
Pembangunan pabrik oleokimia kapasitas 500.000 ton per tahun membutuhkan investasi sekitar Rp 1,2–1,5 triliun, dengan break-even point (BEP) dalam 3–5 tahun dan potensi return on investment (ROI) 20–25%. Produk RBD Palm Oil diperkirakan memiliki harga jual 15–20% lebih tinggi dibanding CPO mentah, meniru kesuksesan Malaysia yang menguasai 60% pasar oleokimia global.

Sementara pabrik biodiesel dengan kapasitas 100.000 kiloliter per tahun dan dukungan subsidi dari BPDPKS diperkirakan mencapai BEP dalam 4–6 tahun dengan ROI 15–18%. Ekstraksi beta-karoten dari CPO, produk bernilai tinggi di pasar farmasi dan makanan, dapat dicapai dalam 2–3 tahun BEP dengan ROI mencapai 30–35%.

Kontribusi signifikan terhadap PAD dan lapangan kerja
Industri oleokimia diproyeksikan menyumbang PAD Rp 500–700 miliar per tahun, biodiesel Rp 300–400 miliar, beta-karoten Rp 200–300 miliar, dan pengolahan limbah melalui carbon credit hingga Rp 50–100 miliar per tahun. Secara keseluruhan, pengembangan hilir sawit dapat meningkatkan PAD Kalbar hingga Rp 1,05–1,5 triliun per tahun.

Dari sisi ketenagakerjaan, industri hilir ini diperkirakan menyerap 2.800–3.900 tenaga kerja, yang berpotensi menurunkan angka pengangguran terbuka Kalbar yang saat ini sekitar 5,2% hingga menjadi 3,2–3,7%.

Kebijakan pendukung dan tantangan
Pemerintah daerah didorong untuk mendukung pengembangan ini melalui peremajaan sawit rakyat dengan dana Rp 60 juta per hektar dan memberikan insentif ekspor untuk produk hilir yang dikenai bea keluar lebih rendah dibanding CPO mentah. Teknologi fermentasi limbah menjadi LNG juga dinilai dapat membuka peluang carbon credit senilai Rp 200 miliar per tahun.

Namun, tantangan seperti kebutuhan modal investasi besar, teknologi tinggi, dan persaingan pasar ekspor memerlukan solusi berupa kemudahan kredit usaha rakyat (KUR), kerjasama dengan perguruan tinggi seperti Universitas Tanjungpura (Untan), serta sertifikasi ISPO untuk meningkatkan daya saing produk.

Rekomendasi strategi
Prof. Thamrin menekankan agar pengembangan industri dimulai dari pabrik biodiesel dan oleokimia karena waktu BEP yang relatif lebih cepat, serta pemanfaatan Pelabuhan Kijing sebagai hub logistik ekspor untuk memperlancar distribusi produk hilir ke pasar global.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan