Hilirisasi Rp136 Triliun: Strategi Indonesia Bikin SDM Jadi Tambang Baru
KLIK WARTAKU – Pemerintah Indonesia menggandakan taruhannya pada strategi hilirisasi. Bukan hanya pada level industri, tetapi juga mencetak SDM vokasi sebagai komoditas baru.
Dengan realisasi investasi sektor hilirisasi mencapai Rp136,6 triliun di kuartal pertama 2025—melonjak hampir 80 persen dari tahun sebelumnya—Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggenjot sinergi antara dunia pendidikan dan dunia industri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut hilirisasi sebagai strategi makro yang krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke level 7–8 persen. “Kita tidak hanya hilirisasi nikel atau sawit. Semua komoditas dengan nilai tambah tinggi harus digarap,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (10/7).
Investasi Masuk, SDM Jadi Fokus Baru
Seiring dengan derasnya aliran modal, Kemenperin menyadari bahwa ketersediaan tenaga kerja kompeten menjadi faktor penentu keberhasilan hilirisasi. Lewat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), kementerian ini mengoperasikan 13 perguruan tinggi vokasi, 9 SMK, dan 7 balai diklat industri, semuanya diarahkan untuk menghasilkan lulusan siap kerja di sektor manufaktur dan pengolahan.
Salah satu inisiatif menonjol adalah kerja sama antara Politeknik ATI Makassar dan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) melalui Program Kelas Hilirisasi, yang dimulai tahun ajaran 2025/2026.
Program ini menyasar 120 mahasiswa vokasi dari empat program studi unggulan—dari Teknik Manufaktur hingga Otomasi Sistem Permesinan—dengan beasiswa penuh selama tiga tahun dari Yayasan IMIP Peduli.
“Kami tidak hanya mendanai. Kami kirimkan dosen praktisi langsung dari industri dan ikut menyusun kurikulumnya,” kata Achmanto Mendatu, HR Director PT IMIP.
Langkah ini dinilai sebagai blueprint kolaborasi ideal antara korporasi dan lembaga pendidikan, sekaligus model pembibitan SDM strategis untuk sektor pengolahan logam dan mineral.
Direktur Politeknik ATI Makassar, Muhammad Basri, menyebut kelas hilirisasi sebagai wujud konkret kemitraan pendidikan–industri. “Kami percaya, sinergi ini akan mengisi celah kritis kebutuhan SDM untuk proyek hilirisasi skala besar,” ujarnya.
Seiring dorongan global menuju kemandirian rantai pasok mineral dan permintaan ESG (Environmental, Social, Governance), Indonesia butuh bukan hanya tambang, tapi juga tenaga ahli lokal untuk mengolahnya. Dan SDM industri bisa jadi tambang bernilai tinggi berikutnya.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage