Hari ini Tenggat Tawaran dari Mitra Dagang AS, Dunia Was-Was Langkah Selanjutnya dari Trump

KLIK WARTAKU — Pemerintahan Presiden Donald Trump resmi menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50% mulai hari ini, Rabu (4/6).
Langkah ini merupakan bagian dari strategi perdagangan agresif yang bertujuan melindungi industri dalam negeri dan menekan praktik perdagangan yang dianggap tidak adil oleh mitra dagang utama Amerika Serikat.
Kenaikan tarif ini diumumkan melalui proklamasi presiden yang ditandatangani pada Selasa (3/6), dan mulai berlaku pada tengah malam waktu setempat.
Kebijakan ini diberlakukan di bawah kewenangan Section 232 dari Trade Expansion Act 1962, yang memungkinkan presiden untuk menyesuaikan impor demi melindungi keamanan nasional.
Pemerintah AS memberikan pengecualian sementara kepada Inggris, yang tarifnya tetap di angka 25% hingga setidaknya 9 Juli 2025, seiring negosiasi dalam kerangka Economic Prosperity Deal antara kedua negara.
Kenaikan tarif ini diperkirakan akan berdampak luas pada berbagai sektor industri yang bergantung pada baja dan aluminium impor, termasuk otomotif, konstruksi, elektronik konsumen, dan pengemasan makanan.
Biaya produksi yang meningkat kemungkinan besar akan diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi.
Beberapa organisasi industri, seperti United Steelworkers dan Aluminum Association, mendukung langkah proteksionis ini sebagai upaya melindungi produsen domestik.
Namun, mereka juga menekankan perlunya reformasi perdagangan yang lebih luas dan kerja sama global untuk memastikan keberlanjutan industri dalam jangka panjang.
Reaksi Internasional dan Potensi Retaliasi
Negara-negara mitra dagang utama AS, seperti Kanada dan Meksiko, menyatakan keprihatinan atas kebijakan tarif baru ini.
Kanada, sebagai pengekspor aluminium terbesar ke AS, sangat rentan terhadap dampak kebijakan ini. Meksiko telah mengkritik tarif ini sebagai tidak adil dan berencana untuk mencari pengecualian.
Uni Eropa juga mempertimbangkan langkah-langkah retaliasi jika tidak ada resolusi yang dicapai dengan AS.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan bahwa kebijakan tarif yang agresif ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS dari 2,8% pada 2024 menjadi 1,6% pada 2025, dan 1,5% pada 2026. Secara global, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat dari 3,3% pada 2024 menjadi 2,9% pada 2025 dan 2026.
Langkah Selanjutnya
Pemerintah AS telah memberikan tenggat waktu hingga Rabu (4/6) kepada mitra dagang untuk mengajukan “penawaran terbaik” guna menghindari tarif tambahan yang direncanakan akan diberlakukan pada awal Juli. Hingga saat ini, hanya Inggris yang berhasil mencapai kesepakatan awal dengan AS.
Dengan kebijakan tarif yang semakin agresif ini, ketegangan perdagangan global diperkirakan akan terus meningkat, menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku industri dan konsumen di seluruh dunia.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage