Harga Siap Naik! Industri K-Beauty Korea Selatan Terpukul Tarif Impor Trump
KLIKWARTAKU — Industri kecantikan Korea Selatan atau yang dikenal dengan sebutan K-beauty kini menghadapi tekanan besar setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif impor sebesar 15 persen terhadap produk asal Korea Selatan.
Langkah ini diperkirakan akan berdampak signifikan pada harga produk di pasar global, terutama di AS, yang merupakan salah satu pasar terbesar K-beauty.
Meskipun tarif ini lebih rendah dari ancaman awal Trump sebesar 25 persen, para konsumen dan pelaku industri tidak ingin mengambil risiko. Banyak yang mulai memborong produk sejak awal April, tepat setelah pengumuman tarif diberlakukan.
“Ketika pengumuman tarif muncul, pelanggan kami langsung bertindak strategis,” ujar Cheyenne Ware, pendiri retailer K-beauty berbasis di AS, Santé Brand. Ia mencatat kenaikan pesanan hampir 30 persen hanya dalam satu bulan.
Senti Senti, retailer K-beauty lainnya, juga mengalami lonjakan permintaan. Winnie Zhong, manajernya, mengaku menerima peringatan dari pemasok agar segera stok barang sebelum tarif naik.
Produk K-beauty terkenal karena harga terjangkau dan bahan alami unik, seperti lendir siput hingga daun heartleaf, yang jarang ditemukan di produk Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan melonjak seiring dengan meningkatnya popularitas budaya Korea secara global.
Di Amerika, belanja produk K-beauty mencapai $1,7 miliar pada 2024, naik lebih dari 50 persen dibanding tahun sebelumnya, menurut estimasi industri.
Namun dengan adanya tarif baru, harga diperkirakan akan naik, terutama bagi penjual kecil di platform seperti Amazon yang beroperasi dengan margin tipis. “Siapa pun yang bilang harga akan tetap datar dua tahun ke depan itu naif,” kata Ware.
Meski begitu, penggemar setia K-beauty kemungkinan tetap membeli, meskipun dengan kuantitas yang lebih sedikit. “Saya bersedia membayar lebih untuk produk favorit saya,” ujar Pearl Mak, desainer grafis berusia 27 tahun asal AS. “95 persen skincare saya adalah produk K-beauty.”
Ekonom Munseob Lee dari University of California San Diego menilai bahwa pembeli kasual mungkin akan mundur karena harga, tetapi penggemar berat K-beauty tidak mudah beralih ke produk lain.
Mak sendiri mengaku sering mencari produk lokal buatan AS, namun belum menemukan yang sebanding. “Saya belum menemukan yang seefektif produk Korea,” ujarnya.
Sementara itu, perusahaan besar K-beauty dinilai memiliki kemampuan lebih besar untuk menyerap dampak tarif dibanding para pelaku usaha kecil.
Menurut konsultan bisnis di Korea Selatan, Eyal Victor Mamou, perusahaan besar dengan margin lebih tinggi masih bisa menekan harga agar tidak membebani konsumen. Namun produsen kecil kemungkinan akan kesulitan menahan kenaikan biaya produksi.
Efek penuh dari kebijakan tarif ini mungkin baru akan terasa dalam beberapa bulan ke depan, karena stok saat ini masih berasal dari pemesanan lama.
Tarif 15 persen ini juga diberlakukan kepada Jepang dan Uni Eropa—yang berarti industri kosmetik global kini menghadapi beban yang sama seperti K-beauty. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi Trump untuk mendorong lebih banyak produksi dalam negeri, meskipun belum ada indikasi kuat bahwa konsumen AS akan beralih ke produk buatan lokal.
Pertanyaannya kini, apakah konsumen Amerika akan tetap setia pada produk kecantikan Korea meski harganya naik? Jawabannya, jika melihat antusiasme para penggemar K-beauty, sepertinya tidak ada substitusi mudah untuk serum Korea.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage