klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Harga Kratom Kalbar Tak Menentu, Indonesia Belum Bisa Menentukan Harga Internasional

Harga Kratom Kalbar Tak Menentu, Indonesia Belum Bisa Menentukan Harga Internasional

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Pengusaha Kratom Indonesia (Pekrindo), Andri Satria Putra.

KLIK WARTAKU – Harga kratom di Indonesia kembali berfluktuasi tajam, bukan karena kualitas daun, melainkan murni dipengaruhi besarnya permintaan luar negeri. Kondisi ini menegaskan bahwa Indonesia sebagai pemasok utama masih belum mampu mengendalikan harga di pasar global.

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Pengusaha Kratom Indonesia (Pekrindo), Andri Satria Putra, menjelaskan pola harga kratom biasanya bisa ditebak. Pada bulan pertama, harga melonjak tinggi karena permintaan datang cepat dalam jumlah besar.

Namun tiga bulan berikutnya harga turun, sebab pasar luar negeri menunggu kiriman yang masih melimpah.

“Jadi, sebenarnya bukan kualitas yang jadi penentu harga, tapi lebih pada mekanisme permintaan dan ketersediaan barang,” kata Andri.

Hingga kini, Indonesia masih berperan sebagai pemasok bahan mentah. Daun kratom dari petani lokal dikirim ke negara lain seperti India, Thailand, dan Sri Lanka untuk diproses, sebelum masuk ke pasar besar Amerika dan Eropa.

Padahal, menurut Andri, aturan Kementerian Perdagangan seharusnya bisa membuat Indonesia menentukan nilai jual sendiri.

“Sayangnya, harga di tingkat petani masih rendah, dan Indonesia belum bisa menentukan harga di pasar dunia,” tegasnya.

Selain itu, ekspor kratom kerap terkendala regulasi negara tujuan. Pemerintah memang sudah menyiapkan strategi diplomasi dagang, namun tahap awal masih fokus memperbaiki aturan dalam negeri sebelum masuk pada kerja sama antarnegara.

Andri memperkirakan awal 2026 nanti Kementerian Perdagangan sudah memiliki data cukup untuk memperkuat arah kebijakan kratom. “Saat ini pelaku usaha masih rentan dirugikan karena aturan belum matang,” tambahnya.

Ketimpangan keuntungan dalam rantai pasok juga jadi sorotan. Menurut Andri, petani justru lebih diuntungkan karena bisa langsung menjual hasil panen, sementara pengepul dan eksportir harus menanggung biaya tambahan serta risiko regulasi.

Meski begitu, ia menilai pasar dalam negeri punya potensi besar. Jika suatu saat ekspor dibatasi atau dilarang, Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan pasar luar negeri.

Salah satu kuncinya adalah riset dari BRIN agar aturan domestik lebih jelas, sekaligus mendorong penyerapan kratom di dalam negeri.

“Tanpa strategi memperkuat posisi Indonesia, kratom kita akan tetap bergantung pada harga yang ditentukan negara lain,” tutup Andri. **

Penulis: Novy Ramadani

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan