Beranda Ekonomi Harga Emas Stabil, Investor Tunggu Sinyal The Fed dan Kabar Terbaru Perang Iran Israel

Harga Emas Stabil, Investor Tunggu Sinyal The Fed dan Kabar Terbaru Perang Iran Israel

Oleh Era Sampurna - 25 Juni 2025, 13:50

KLIK WARTAKU – Harga emas di dalam negeri pada Rabu, 25 Juni 2025, terpantau cenderung stabil meskipun harga emas dunia mengalami penguatan. Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) masih bertengger di level Rp 1.932.000 per gram, tidak berubah dari hari sebelumnya. Sementara itu, harga emas di Pegadaian menunjukkan variasi: produk Antam turun Rp 10.000 ke Rp 1.997.000 per gram, Galeri24 melemah Rp 9.000 ke Rp 1.922.000 per gram, dan UBS justru naik Rp 1.000 ke Rp 1.943.000 per gram.

Di pasar global, harga emas spot naik tipis ke kisaran US$ 3.328 per ounce, sementara emas berjangka di pasar Amerika Serikat diperdagangkan pada level sekitar US$ 3.342 per ounce. Penguatan ini ditopang oleh pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dua indikator kunci yang kerap mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Pelemahan dolar dan ekspektasi bahwa The Federal Reserve mungkin akan melonggarkan kebijakan moneternya dalam beberapa bulan ke depan—apabila inflasi terus melandai—mendorong sebagian besar investor global untuk kembali melirik emas. Situasi ini diperkuat oleh sentimen geopolitik yang masih belum menentu, khususnya di Timur Tengah, yang membuat emas tetap menjadi pilihan lindung nilai yang menarik.

Dikonversi ke harga lokal berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia di kisaran Rp 16.285 per dolar AS, harga emas dunia saat ini setara dengan sekitar Rp 1.743.600 hingga Rp 1.744.000 per gram. Artinya, harga emas domestik masih berada pada premium yang cukup tinggi, mencerminkan biaya distribusi, margin penjual, dan beban pajak.

Meskipun tidak mengalami kenaikan signifikan di dalam negeri, harga emas tetap berada pada level yang tinggi, mencerminkan kekuatan fundamental di pasar global. Para pelaku pasar kini menanti sinyal lanjutan dari The Fed serta perkembangan terbaru dari kawasan konflik yang bisa memicu lonjakan permintaan atas emas sebagai aset pelindung.