klikwartaku.com
Beranda Lifestyle Gus Baha: Haji Tandingan Ekonomi Maksiat Dunia

Gus Baha: Haji Tandingan Ekonomi Maksiat Dunia

Gambar KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha

KLIKWARTAKU Di tengah gempuran zaman yang kian permisif terhadap praktik-praktik kemaksiatan, seorang ulama kharismatik asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, mengajak umat Islam merenungi satu hal penting, bahwa ibadah bukan hanya soal pahala dan surga, tapi juga soal sistem sosial dan ekonomi yang masif, berkelanjutan, dan penuh berkah.

Dalam sebuah pengajian yang disiarkan melalui Channel YouTube Online Berbagi, Minggu, 13 Juli 2025, Gus Baha menyampaikan pandangan mendalam tentang kekuatan ibadah haji sebagai satu-satunya bentuk ketaatan yang mampu menandingi bahkan melampaui praktik kemaksiatan dari sisi perputaran ekonomi.

“Haji adalah satu-satunya ibadah yang mampu menandingi gemerlapnya kemaksiatan,” tegas Gus Baha membuka tausiyahnya. Ia menyoroti fenomena global di mana aktivitas haram seperti prostitusi, perjudian, dan hiburan malam meskipun jelas dilarang nyatanya tetap subur karena mampu menciptakan ekosistem ekonomi yang hidup dan kompleks.

“Misalnya ada lokalisasi, pasti ada transaksi. Di situ tumbuh warung makan, jasa transportasi, penginapan, dan banyak lagi. Orang-orang yang tak terlibat langsung pun kadang tetap ikut menikmati hasilnya,” jelas Gus Baha.

Tanpa disadari, seseorang bisa menjadi bagian dari lingkaran ekonomi maksiat, walaupun tidak menjadi pelaku utama. “Mungkin kita bukan pelakunya, tapi kita punya warung dekat situ, kita jadi sopir taksi, dan penghasilan kita dari orang yang berbuat maksiat,” katanya penuh keprihatinan.

Namun, di balik potret kelam itu, Gus Baha menunjukkan bahwa Islam tidak membiarkan umatnya kehilangan alternatif. Allah, menurutnya, menciptakan ibadah yang tidak hanya bersifat spiritual, tapi juga menjadi penyeimbang dan tandingan nyata atas sistem ekonomi kemaksiatan: ibadah haji.

“Haji itu melibatkan hotel, katering, maskapai, biro perjalanan, dan jutaan manusia dari seluruh dunia. Itu ibadah, tapi perputaran uangnya luar biasa,” ujarnya. Gus Baha menggambarkan haji sebagai ibadah multidimensional. Ia bukan hanya soal wukuf dan tawaf, tapi juga soal kolaborasi global yang menciptakan kehidupan ekonomi halal berskala besar.

Ia bahkan membandingkan antara aktivitas maksiat global dengan gelombang jamaah haji yang setiap tahun membanjiri Tanah Suci. “Mereka yang datang ke Las Vegas hanya sebagian, Hollywood juga sebagian. Tapi jamaah haji? Jutaan. Dari berbagai belahan dunia,” ungkapnya dengan nada penuh takjub.

Gus Baha lalu membeberkan bagaimana ibadah haji menjadi denyut nadi ekonomi dunia. Ia mengungkap bahwa banyak maskapai penerbangan internasional menggantungkan pemasukan tahunannya dari musim haji. “Bisnis pesawat terbang mengalami surplus ketika musim haji tiba. Mereka tidak bisa bayangkan jika haji tidak ada,” katanya.

Tak hanya itu, ia juga menyinggung bagaimana negara-negara Barat melihat fenomena ini. “Saya diberi tahu teman-teman di Eropa, Vatikan bahkan iri, karena kota suci Roma tidak seramai Kakbah. Padahal pemeluk Kristen lebih banyak secara global,” tuturnya.

Bahkan misa suci di Vatikan pun, menurutnya, tidak mampu menandingi antusiasme umat Islam terhadap ibadah umrah padahal umrah bukanlah ibadah wajib.

Gus Baha menguatkan pandangannya dengan mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Ma’idah ayat 97:
“Allah telah menjadikan Kakbah sebagai rumah suci sebagai tempat berkumpulnya manusia.”

“Tempat berkumpul manusia, bukan hanya orang Islam. Jadi ini peristiwa global,” tambahnya.

Dengan penjelasan itu, Gus Baha ingin menegaskan bahwa ibadah haji adalah bentuk ibadah paling lengkap: spiritual, sosial, kemanusiaan, dan ekonomi. Ia menggambarkan Ka’bah sebagai “saka guru umat manusia”  simbol peradaban yang menyatukan lintas negara, bahasa, dan etnis.

Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa haji dan umrah telah menjadi sumbu perputaran uang lintas negara. “Dua ibadah ini memutar uang dari seluruh dunia menuju satu titik: Tanah Suci. Tanpa dosa. Tanpa maksiat. Semua karena niat lillahi ta’ala,” ujarnya dengan penuh penekanan.

Dalam bagian penutup tausiyahnya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak salah memahami konsep rezeki dan keberkahan. “Jangan bangga pada ekonomi yang tumbuh dari kemaksiatan. Kita punya haji, ibadah yang menghidupi jutaan orang tanpa dosa. Maka mari cintai sesuatu karena Allah, bukan karena dunia,” pesannya.

“Karena Allah di sini maksudnya adalah semua hal harus didasarkan atas keridhaan-Nya. Jangan biarkan uang hanya berputar dalam maksiat. Kita butuh ibadah yang memutar dunia ke arah yang diridai Allah,” pungkas Gus Baha menutup kajian yang menyentuh hati banyak jamaah.

Narasi Gus Baha ini bukan sekadar kritik sosial, tapi juga ajakan spiritual. Bahwa Islam bukan hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhan, tetapi juga menyusun sistem kehidupan manusia dengan nilai-nilai berkah dan kebaikan. Dan dalam sistem itu, haji bukan sekadar ibadah, ia adalah jawaban agung atas tantangan zaman.

 

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan