klikwartaku.com
Beranda Internasional Gereja Katolik St Patrick’s di Glasgow, Lokasi Kasus Peter Tobin, Akan Ditutup

Gereja Katolik St Patrick’s di Glasgow, Lokasi Kasus Peter Tobin, Akan Ditutup

Gereja St Patrick’s di Glasgow, yang pernah menjadi lokasi penyembunyian korban pembunuh berantai Peter Tobin, akan ditutup karena minim jemaat dan biaya perbaikan mencapai £2 juta (sekitar Rp38 miliar). Foto: Tangkapan layar YouTube Fearghal O’Muineacháin

KLIKWARTAKU — Gereja Katolik bersejarah St Patrick’s di Anderston, Glasgow, Skotlandia, akan segera ditutup. Gereja yang berdiri sejak 1898 itu dikenal luas bukan hanya karena arsitekturnya yang menawan, tetapi juga karena masa kelamnya: menjadi lokasi ditemukannya jenazah salah satu korban pembunuh berantai Peter Tobin pada 2006.

Bangunan bergaya Gothic rancangan arsitek asal London, Peter Paul Pugin, adalah salah satu dari sedikit peninggalan abad ke-19 yang tersisa di kawasan tersebut. Namun, meski memiliki nilai sejarah, St Patrick’s kini menghadapi kenyataan pahit. Keuskupan Agung Glasgow menyatakan bahwa jumlah jemaat terlalu sedikit untuk menutupi biaya perbaikan yang diperkirakan mencapai £2 juta (sekitar Rp38 miliar).

Kasus tragis yang membekas di gereja ini terjadi pada September 2006. Angelika Kluk (23), mahasiswi asal Polandia yang bekerja di gereja untuk membiayai kuliahnya, ditemukan tewas disembunyikan di bawah lantai. Penyelidikan mengungkap dalang di balik peristiwa itu: Peter Tobin, seorang residivis pelaku kejahatan seksual yang kala itu tinggal di gereja dengan nama samaran Pat McLaughlin.

Tobin divonis bersalah atas pemerkosaan dan pembunuhan Angelika pada 2007, sebelum kemudian dikaitkan dengan dua kasus pembunuhan lain: Vicky Hamilton (15) dan Dinah McNicol (18). Ia meninggal di penjara pada 2022.

Meski sempat dibuka kembali pada 2007 setelah diberkati oleh Uskup Agung Mario Conti, St Patrick’s terus berjuang mempertahankan eksistensinya. Saat ini, gereja hanya memiliki sekitar 100 jemaat untuk dua misa Minggu, bahkan kurang dari 10 orang untuk misa harian.

Keuskupan Agung Glasgow menyebutkan, selain minimnya jemaat, berkurangnya jumlah imam akibat pensiun dan sakit turut mempercepat keputusan penutupan. Opsi menjadikan St Patrick’s sebagai hotel atau apartemen juga tengah dipertimbangkan, meski status bangunan bersejarah membatasi jenis pengembangan yang dapat dilakukan.

Fenomena ini terjadi di tengah tren penutupan gereja di Skotlandia akibat kesulitan finansial dan berkurangnya jumlah umat. Banyak komunitas gagal membeli gereja mereka sendiri sebelum akhirnya dijual ke pihak swasta.

St Patrick’s, dengan altar marmer putihnya yang megah, segera menjadi bagian dari sejarah – bukan hanya karena arsitektur dan nilai rohaninya, tetapi juga karena kisah kelam yang pernah mencuat di balik dindingnya.***

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan