klikwartaku.com
Beranda Internasional Gencatan Senjata Iran-Israel Mungkin Tercapai

Gencatan Senjata Iran-Israel Mungkin Tercapai

Ilustrasi gencatan senjata antara negara yang terlibat konflik perang

KLIKWARTAKU – Presiden Amerika Serikat Donald Trump ikut melibatkan negaranya dalam konflik antara Israel dan Iran. Langkah tersebut diklaimnya mulai membuahkan hasil setidaknya untuk saat ini. Pasalnya, pada Senin malam, Trump mengumumkan kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata, yang ia klaim dapat membuka jalan menuju perdamaian yang lebih permanen.

Jika Trump benar-benar berhasil mengakhiri apa yang ia sebut sebagai Perang 12 Hari, maka ini merupakan langkah signifikan untuk menjauh dari jurang konflik besar yang sebelumnya terancam meluas ke seluruh Kawasan. Apalagi setelah serangan udara AS menghantam fasilitas nuklir Iran pada Sabtu lalu.

“Meskipun kami tidak menyebutnya secara resmi sebagai gencatan senjata, namun jika rezim Israel menghentikan agresinya terhadap rakyat Iran selambat-lambatnya pukul 04.00 waktu Teheran,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam sebuah pernyataan, “kami tidak berniat melanjutkan respons militer kami.”

Tepat pada tenggat waktu tersebut, laporan dari media setempat menyebutkan bahwa serangan Israel berhenti. Kedua pihak tampaknya siap menurunkan tensi konflik. Perkembangan ini terjadi setelah hari yang penuh gejolak di kawasan, ketika Iran memenuhi janjinya untuk membalas serangan udara AS pada akhir pekan lalu.

Laporan awal menyebutkan seluruh rudal Iran yang diarahkan ke pangkalan militer besar AS di Qatar berhasil dicegat, tanpa menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan berarti. Dalam pidato nasionalnya pada Sabtu malam, Presiden Trump memperingatkan akan ada respons besar-besaran dari AS jika Iran menyerang kepentingan Amerika.

Ia juga menegaskan bahwa masih banyak target lain yang siap dihantam jika diperlukan. Selama lebih dari 24 jam dunia menunggu respons Iran. Setelah Iran bertindak, perhatian kembali tertuju kepada Trump. Tak lama berselang, ia pun angkat bicara.

“Iran telah resmi merespons penghancuran fasilitas nuklir mereka dengan serangan yang sangat lemah, seperti yang sudah kami prediksi, dan sudah berhasil kami tangkal secara efektif,” tulis Trump di media sosial miliknya. Ia menyebut Iran sudah melampiaskan emosinya dan menambahkan, mungkin sekarang Iran dapat melangkah menuju perdamaian dan harmoni di kawasan.

Meskipun dampak serangan relatif terbatas, Trump tampak memilih menahan diri dengan harapan Iran bersedia membuka jalur diplomasi. Di balik layar, Gedung Putih menyatakan bahwa Trump berdiskusi dengan mediator dari Qatar dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk merancang rincian gencatan senjata.

Serangan Trump terhadap Iran pada akhir pekan adalah manuver yang sangat berisiko, tetapi hasilnya mulai terlihat. Dinamika serupa pernah terjadi pada Januari 2020, ketika Trump memerintahkan pembunuhan terhadap jenderal Iran Qasem Soleimani di Baghdad.

Iran kala itu membalas dengan menembakkan rudal ke pangkalan militer AS di Irak, yang menyebabkan lebih dari 100 tentara Amerika terluka. Namun, AS memilih tidak meningkatkan eskalasi. Akhirnya, ketegangan mereda.

Menurut media AS, dalam serangan terbaru pada Senin, jumlah rudal yang ditembakkan Iran ke pangkalan militer AS setara dengan jumlah bom yang dijatuhkan oleh pesawat tempur AS dalam serangan akhir pekan lalu.

Selain itu, Iran juga memberikan pemberitahuan awal kepada pemerintah Qatar sebelum peluncuran, sesuatu yang Trump sampaikan sebagai hal yang ia hargai, isyarat bahwa Iran lebih menginginkan pembalasan seimbang, bukan eskalasi konflik.

Sepanjang hari, Trump lebih banyak menyoroti harga minyak, pemberitaan media, dan komentar dari mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang menyarankan agar negara lain membantu Iran memperoleh senjata nuklir.

Pejabat AS menyatakan bahwa Presiden Trump dikenal selalu menepati ancamannya (tidak seperti beberapa pendahulunya). Namun jika Iran kembali melancarkan serangan dan menimbulkan korban jiwa atau kerusakan signifikan di pihak AS, tekanan untuk melakukan pembalasan akan sangat besar.

Untuk saat ini, Trump tampaknya sedang mencari jalan keluar dari pertikaian lebih lanjut dan kedua negara tampaknya sama-sama membuka peluang ke arah itu.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan