Gencatan Senjata Dilanggar, Ketegangan Thailand-Kamboja Kembali Memanas
KLIKWARTAKU — Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat setelah Thailand menuduh Kamboja secara sengaja melanggar kesepakatan gencatan senjata yang baru saja berlaku sejak tengah malam, Selasa 29 Juli 2025.
Gencatan senjata tersebut seharusnya menjadi titik akhir dari lima hari bentrokan mematikan di perbatasan kedua negara yang telah menewaskan setidaknya 33 orang dan memaksa ribuan warga mengungsi.
Militer Thailand mengklaim bahwa mereka menghentikan semua serangan sejak tengah malam, namun masih menerima tembakan dari arah Kamboja di beberapa titik hingga pagi hari. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja membantah tudingan tersebut dan menyatakan bahwa tidak ada bentrokan bersenjata yang terjadi sejak gencatan senjata diberlakukan.
Meskipun situasi memanas, pertemuan antara komandan lokal dari kedua negara tetap dilaksanakan pada Selasa pagi. Kedua pihak menyepakati untuk menghentikan tembakan, menahan pergerakan pasukan di garis depan, serta memberikan akses bagi masing-masing pihak untuk mengevakuasi korban jiwa.
Ketegangan ini bermula dari perselisihan wilayah yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan pada Mei lalu, konflik pun memuncak.
Kondisi semakin buruk ketika lima tentara Thailand terluka akibat ledakan ranjau, yang membuat Thailand menutup beberapa pos perbatasan dan mengusir duta besar Kamboja, serta menarik diplomatnya dari Phnom Penh.
Konflik memanas pekan lalu ketika Kamboja meluncurkan roket ke wilayah Thailand, menewaskan sejumlah warga sipil. Sejak saat itu, rentetan tembakan terus terjadi hingga mencapai puncaknya menjelang tenggat gencatan senjata pada Senin tengah malam, termasuk serangan udara Thailand ke posisi Kamboja.
Namun, Selasa pagi, sebelum tudingan pelanggaran muncul, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyatakan bahwa “garis depan telah mereda sejak tengah malam.”
Gencatan senjata ini merupakan hasil dari pertemuan diplomatik antara Hun Manet dan Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai di Malaysia, yang dimediasi oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Tekanan dari Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan menghentikan negosiasi tarif juga diyakini mempercepat proses perdamaian.
Konflik Thailand-Kamboja ini berakar dari sengketa lama terkait kawasan Candi Preah Vihear, warisan abad ke-11 yang masuk dalam daftar situs warisan dunia UNESCO. Upaya Kamboja mendaftarkan situs tersebut pada 2008 sempat memicu kemarahan nasionalis di Thailand.
Dalam dua bulan terakhir, kedua negara juga memberlakukan pembatasan lintas batas termasuk larangan ekspor buah, sayuran, listrik, dan layanan internet. Pasukan dari kedua negara pun terus memperkuat kehadiran militernya di sepanjang garis perbatasan.
Dengan pelanggaran awal terhadap gencatan senjata, masa depan stabilitas kawasan Asia Tenggara kembali berada dalam sorotan. Masyarakat internasional kini berharap agar kedua negara dapat menjaga komitmen perdamaian dan menghindari eskalasi lanjutan.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage