klikwartaku.com
Beranda Internasional Gelombang Panas Eropa Tewaskan Banyak Orang di Spanyol, Prancis, dan Italia

Gelombang Panas Eropa Tewaskan Banyak Orang di Spanyol, Prancis, dan Italia

ilustrasi Eropa kembali dilanda gelombang panas ekstrem yang berujung maut

KLIKWARTAKU — Eropa kembali dilanda gelombang panas ekstrem yang berujung maut. Setidaknya tujuh orang tewas di Spanyol, Prancis, dan Italia dalam dua hari terakhir akibat suhu tinggi yang melanda benua tersebut.

Di Spanyol, dua orang ditemukan tewas dalam kebakaran hebat yang melanda kawasan pedesaan Torrefeta, Catalonia, Selasa 1 Juli 2025. Petugas pemadam kebakaran menemukan jasad korban saat memadamkan api yang membakar sekitar 6.500 hektare lahan. Korban diketahui merupakan pemilik lahan dan seorang pekerja berusia 32 dan 45 tahun.

Sementara itu, badan cuaca Spanyol, Aemet, menyatakan bahwa Juni 2025 menjadi bulan Juni terpanas sepanjang sejarah di negara tersebut, dengan suhu rata-rata mencapai 23,6°C melewati rata-rata Juli dan Agustus.

Di Prancis, seorang wisatawan asal Amerika Serikat berusia 10 tahun meninggal dunia setelah pingsan di halaman Istana Versailles. Meski sempat mendapat bantuan dari petugas keamanan dan medis, nyawanya tak terselamatkan.

Pemerintah Prancis melaporkan dua korban jiwa lainnya akibat penyakit yang dipicu gelombang panas, dan lebih dari 300 orang harus ditangani tim penyelamat pada hari yang sama.

Empat wilayah di Prancis (Aube, Cher, Loiret, dan Yonne) masih berada dalam status siaga merah, peringatan tertinggi untuk cuaca panas ekstrem. Di kota Metz, suhu diperkirakan mencapai 37°C, bahkan disertai potensi badai di bagian timur.

Di Italia, seorang pria berusia 75 tahun tewas di Sardinia setelah jatuh sakit akibat cuaca panas. Sementara itu, di pantai Lu Impostu, seorang pria lain berusia 60 tahun juga mengalami hal serupa dan tak tertolong.

Di kota Tezze sul Brenta, dua pekerja konstruksi dilarikan ke rumah sakit setelah kolaps karena bekerja dalam suhu tinggi di lubang galian. Salah satu dari mereka kini koma dan dalam perawatan intensif di Rumah Sakit San Bassiano.

Suhu di beberapa wilayah Italia telah melampaui 40°C. Tak hanya berdampak pada kesehatan, cuaca ekstrem juga menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran di pusat kota Florence dan Bergamo akibat konsumsi listrik yang melonjak untuk pendingin ruangan dan kabel bawah tanah yang kepanasan.

Di Bergamo, separuh kota gelap gulita selama lebih dari enam jam pada Selasa malam. Lampu jalan padam, toko-toko tutup, dan kehidupan malam terhenti total di kawasan Sentierone.

Menurut World Meteorological Organization (WMO), gelombang panas yang makin sering terjadi ini adalah dampak dari perubahan iklim yang disebabkan manusia. Efek paling terasa terjadi di kota-kota besar karena fenomena urban heat island, di mana kawasan perkotaan jauh lebih panas dibanding pedesaan akibat banyaknya beton, kendaraan, dan sumber panas lainnya.

Ahli mikroklimat dan panas ekstrem, Dimple Rana, menyebut bahwa lansia dan anak-anak di bawah lima tahun adalah kelompok paling rentan. Selain itu, masyarakat berpenghasilan rendah yang bekerja secara fisik di luar ruangan juga menghadapi risiko yang lebih tinggi.

Laporan ini mempertegas peringatan para ilmuwan bahwa tanpa pengurangan emisi gas rumah kaca dan adaptasi terhadap iklim, kejadian semacam ini akan terus berulang, dengan dampak yang semakin berat dari tahun ke tahun.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan