Gaya Santun yang Mendunia, Ketika Kesopanan Jadi Simbol Kekuatan Budaya
KLIKWARTAKU – Di era globalisasi yang serba cepat ini, gaya hidup, bahasa, dan budaya dari berbagai penjuru dunia bisa saling bersilangan hanya dalam hitungan detik. Namun di tengah derasnya arus perubahan, ada satu nilai yang tetap bertahan dan bahkan semakin dihargai: kesantunan.
Bukan sekadar soal cara berbicara yang lembut atau sopan santun dalam bertamu, gaya santun adalah bentuk perilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur seperti hormat, empati, rendah hati, dan tanggung jawab sosial. Menariknya, gaya hidup ini kini mulai diapresiasi luas oleh dunia internasional dari ranah diplomasi, bisnis, hingga tren gaya hidup digital.
Kesantunan: Ciri Khas Budaya Timur yang Mendunia
Negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia sejak lama dikenal menjunjung tinggi nilai kesopanan. Dari ucapan salam, cara duduk, hingga bahasa tubuh, semua memiliki aturan tak tertulis yang menunjukkan rasa hormat kepada orang lain.
Budaya ini rupanya menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat global. Misalnya, budaya “Ojigi” atau membungkuk di Jepang kini dianggap simbol penghormatan yang elegan. Di sisi lain, sopan santun khas Indonesia seperti penggunaan kata “permisi”, “maaf”, dan “terima kasih” saat berinteraksi di media sosial mulai diapresiasi dalam komunitas digital internasional.
Dunia Digital Butuh Gaya Santun
Kesantunan kini juga menjadi nilai penting di era digital. Saat ujaran kebencian dan hoaks merajalela, gaya santun menjadi oase di tengah dunia maya yang bising. Influencer, tokoh publik, hingga brand besar mulai menerapkan gaya komunikasi yang empatik dan sopan demi membangun kedekatan dengan audiensnya.
“Gaya santun bukan berarti lemah. Justru itu mencerminkan kepercayaan diri dan kematangan berpikir seseorang,” ujar Fadli Ramadhan, pakar komunikasi digital.
Tak heran, perusahaan-perusahaan global kini mulai mengadopsi pendekatan ini dalam kampanye mereka, khususnya saat memasuki pasar Asia. Mereka sadar bahwa keberhasilan komunikasi lintas budaya sangat dipengaruhi oleh sikap hormat dan santun.
Diplomasi dan Kesantunan: Senjata Lembut Negara
Gaya santun juga menjadi kekuatan dalam diplomasi internasional. Soft diplomacy yang mengedepankan dialog, budaya, dan empati kini dinilai lebih efektif dibanding pendekatan konfrontatif. Bahkan dalam forum-forum penting seperti G20 dan ASEAN, kesantunan dalam menyampaikan kritik menjadi kekuatan tersendiri yang mencuri perhatian dunia.
Dari Tren ke Gaya Hidup Global
Tak bisa dipungkiri, gaya santun kini bukan lagi sekadar etika lokal. Ia telah naik kelas menjadi gaya hidup global. Generasi muda yang aktif di dunia digital mulai menyadari bahwa bersikap ramah, mengedepankan empati, dan menghargai orang lain justru membuat mereka lebih disukai dan dihargai.
“Di dunia yang makin terhubung, sikap santun akan membuat kita bukan hanya diterima, tapi juga dikenang,” tambah Fadli.
Gaya santun yang dulu dianggap kuno, kini justru menjadi simbol kekuatan sosial yang modern dan mendunia. Di tengah gempuran tren instan dan budaya saling serang, kesopanan tampil sebagai napas segar menjadi penyeimbang sekaligus penguat hubungan antarmanusia di era digital.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage