Fresh Graduate Gen Z Terhambat Karier, Soft Skills Jadi Kendala Utama
KLIKWARTAKU – Lulusan perguruan tinggi dari Generasi Z kini menghadapi tantangan besar ketika memasuki dunia kerja. Survei terbaru General Assembly mengungkapkan, lebih dari seperempat eksekutif mengaku enggan merekrut fresh graduate saat ini. Bukan karena kemampuan teknis yang kurang, melainkan karena lulusan baru dinilai minim keterampilan interpersonal atau soft skills.
Keterampilan yang dimaksud meliputi komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, hingga penyelesaian konflik. Berbeda dengan hard skills yang bisa dipelajari di kelas, soft skills biasanya terbentuk melalui pengalaman langsung. Tanpa bekal tersebut, karier sering kali tersendat meski kemampuan teknis mumpuni.
“Minimnya soft skills membuat sejumlah perusahaan mengurangi perekrutan lulusan baru, yang berdampak pada pasar tenaga kerja AS secara luas,” tulis laporan tersebut dikutip dari Forbes pada Sabtu 23 Agustus 2025
Banyak Fresh Graduate Alami Underemployment
Laporan Strada Institute for the Future of Work bersama Burning Glass Institute menemukan bahwa lebih dari separuh lulusan S1 di Amerika Serikat bekerja di bawah kualifikasi (underemployment) setahun setelah lulus. Kondisi ini menambah beban bagi para manajer, apalagi setelah banyak perusahaan melakukan PHK di level manajemen menengah.
Riset Intelligent.com juga mencatat, 1 dari 5 manajer pernah berpikir untuk resign karena stres mengelola pekerja Gen Z. Bahkan, 75% manajer mengaku karyawan Gen Z butuh waktu dan sumber daya lebih banyak dibanding generasi lain.
Pandemi Jadi Faktor Utama
Menurut laporan Gartner, 46% pekerja Gen Z mengaku pandemi COVID-19 membuat tujuan pendidikan dan karier mereka semakin sulit dicapai. Selama masa sekolah daring, banyak mahasiswa kehilangan kesempatan mengasah keterampilan sosial, seperti bernegosiasi, membangun relasi, berbicara di depan umum, hingga beradaptasi dengan jam kerja panjang di kantor.
Di sisi lain, hard skills seperti coding, menulis, atau mengembangkan produk tetap penting. Namun tanpa kemampuan komunikasi dan kolaborasi, pekerja bisa kesulitan menyampaikan ide maupun berkoordinasi dalam proyek lintas tim.
Gen Z Tetap Punya Potensi Besar
Meski menghadapi sorotan, Forbes menegaskan bahwa mengabaikan talenta muda bukanlah solusi jangka panjang. Generasi Z dikenal melek teknologi, adaptif, inovatif, serta membawa perspektif segar dan keberagaman. Alih-alih menutup pintu, perusahaan disarankan memberi ruang pelatihan untuk membangun soft skills.
Survei ResumeBuilder menyebut, 45% perusahaan di AS kini sudah menyediakan kelas soft skills untuk karyawan Gen Z, dan dua pertiga di antaranya menilai program tersebut berhasil.
Kampus dan Perusahaan Harus Bekerja Sama
Penguatan soft skills sebaiknya dimulai sebelum lulus kuliah. Laporan Learning Policy Institute menekankan pentingnya kurikulum pendidikan yang menyoroti kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi efektif, serta kemandirian belajar.
Beberapa kampus di AS bahkan telah mengambil langkah. Misalnya, Belmont University di Nashville yang menyelenggarakan Business Power Skills Conference untuk melatih mahasiswa dalam kepemimpinan dan komunikasi.
Forbes menutup laporannya dengan menegaskan, perusahaan tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Gen Z. Tanggung jawab membekali mereka ada pada generasi sebelumnya, melalui program pelatihan kerja, mentoring, hingga onboarding yang berfokus pada penguatan soft skills.
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini