Fenomena Pernikahan Terendam Banjir di Gereja Filipina: Antara Cinta dan Krisis Iklim
KLIKWARTAKU — Momen sakral pernikahan biasanya diwarnai dengan sukacita dan keindahan. Tetapi di Filipina, hal itu juga sering disertai dengan genangan air. Sebuah video pernikahan pasangan muda yang melangsungkan akad nikah di tengah gereja yang terendam banjir kembali viral dan mencuri perhatian publik.
Pasangan pengantin, Jamaica Aguilar dan Jade Rick Verdillo, tampak tak tergoyahkan ketika berjalan di lorong gereja Barasoain yang hampir setinggi lutut airnya, akibat hujan deras yang dipicu kombinasi musim monsun dan topan Wipha (Crising). Alih-alih menunda acara, mereka memilih melanjutkan prosesi suci tersebut.
“Ini menantang, tapi kami fokus pada apa yang benar-benar penting — cinta kami dan orang-orang yang mendukung kami,” ujar Verdillo.
Namun fenomena ini bukan pertama kalinya terjadi. Pada tahun 2022 dan 2018, momen serupa terjadi di gereja yang sama dan di wilayah Bulacan lainnya. Ini menyoroti persoalan banjir yang tak kunjung tuntas, diperburuk oleh sistem drainase kuno, perencanaan kota yang lemah, serta meningkatnya intensitas cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Bukan Sekadar Romantis, tapi Alarm Krisis
Setelah pernikahan, pasangan tersebut langsung meminum doxycycline, antibiotik pencegah penyakit leptospirosis yang umum menyebar lewat banjir. Ironisnya, hanya beberapa jam kemudian, gereja yang sama digunakan untuk upacara pemakaman, juga di tengah banjir.
Topan Crising menjadi badai ketiga yang menghantam Filipina tahun ini. Sedikitnya enam orang dilaporkan tewas, dan puluhan ribu warga mengungsi. Dua siklon tambahan diperkirakan akan datang dalam waktu dekat, memperkuat urgensi penanganan.
Sistem Drainase Usang, Solusi Tertunda
Metro Manila, dengan populasi lebih dari 13 juta jiwa, menghadapi banjir kronis yang sebagian besar disebabkan oleh sistem drainase peninggalan abad ke-20 yang kini 70 persen tersumbat.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum, Manuel Bonoan, pemerintah tengah menyusun master plan pengendalian banjir bekerja sama dengan Bank Dunia, termasuk rencana rehabilitasi 32 stasiun pompa air di ibukota.
Namun para ahli seperti Dr Mahar Lagmay dari Universitas Filipina menyebut, permasalahan banjir lebih kompleks: mulai dari pembangunan jalan di atas aliran sungai alami hingga kemungkinan jebolnya bendungan yang tidak diperhitungkan dalam rencana tata ruang.
Harapan di Tengah Genangan
Meski penuh tantangan, pasangan Verdillo tetap optimis. Menurut mereka, banjir bukan alasan untuk mengabaikan kebahagiaan, tapi justru menjadi pemicu perubahan.
“Kami punya laut dan sungai yang melimpah, pemerintah harus berinvestasi pada flood gate, kanal yang lebih lebar, dan pompa air,” kata Verdillo. “Perbaikan memang tak bisa dalam sehari, tapi bisa dicapai jika kita fokus pada mitigasi.”
Fenomena pernikahan dalam banjir ini menggambarkan dua sisi kehidupan Filipina: semangat dan ketangguhan rakyatnya, serta krisis sistemik yang belum terselesaikan. Kini, perhatian tertuju pada pidato kenegaraan Presiden Ferdinand Marcos Jr minggu depan — akankah solusi konkret akhirnya diumumkan?***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage