Fenomena Olahraga Padel dari Acapulco ke Jakarta, Kini Jadi Gaya Hidup Kaum Urban
KLIKWARTAKU – Tren olahraga terus mengalami pergeseran setiap tahunnya. Setelah sebelumnya masyarakat urban menggandrungi lari, tenis, badminton, hingga bersepeda, kini olahraga Padel mencuri perhatian. Di tahun 2025, Padel menjadi simbol gaya hidup baru, tak lepas dari pengaruh media sosial dan pesohor yang kerap memamerkan aksi mereka di lapangan padel.
Olahraga ini semakin populer di kalangan milenial dan Gen Z perkotaan. Namun, bersamaan dengan popularitasnya, muncul pula stereotipe bahwa padel adalah olahraga mewah yang hanya bisa dinikmati segelintir kalangan. Harga sewa lapangan yang relatif tinggi, serta lokasi eksklusif di pusat kebugaran elite memperkuat citra tersebut.
Tapi tahukah kamu, olahraga padel ternyata sudah ada sejak lebih dari setengah abad lalu?
Asal Usul Padel dari Inovasi Rumah Pribadi hingga Mendunia
Padel pertama kali diciptakan pada 1969 oleh Enrique Corcuera di Acapulco, Meksiko. Enrique mengubah lapangan squash di rumahnya dengan mengadopsi elemen permainan Platform Tennis, sehingga lahirlah permainan yang ia sebut “Paddle Corcuera”.
Tak lama setelah itu, bangsawan Spanyol Alfonso dari Hohenlohe-Langenburg mencoba permainan ini saat berkunjung ke rumah Enrique. Alfonso langsung jatuh hati dan membawa inovasi tersebut ke Eropa. Pada 1974, ia membangun dua lapangan padel pertama di Marbella, Spanyol, dengan beberapa modifikasi aturan agar lebih kompetitif.
Kiprah padel pun meluas. Pada 1975, seorang pengusaha Argentina, Julio Menditeguy, yang juga anggota klub tenis Alfonso, membawa padel ke negaranya. Padel pun perlahan menyebar ke Brasil, Uruguay, Chile, Prancis, Amerika Serikat, dan Kanada pada dekade 1980-an.
Pada 1988, Asociación Padel Argentino menjadi asosiasi nasional padel pertama di dunia. Setahun kemudian, pelatih asal Mar del Plata, Jorge Galeotti, merancang lapangan kaca portabel yang dikenal sebagai Crystal Palace, menjadikan padel semakin menarik untuk ditonton dan dimainkan.
Federasi Padel Internasional (FIP) akhirnya dibentuk pada 12 Juli 1991 di Madrid oleh perwakilan Argentina, Spanyol, dan Uruguay. FIP menyelenggarakan Kejuaraan Dunia pertama pada 1992 di Madrid dan Seville, Spanyol. Baru pada 1997, aturan permainan disepakati secara internasional dan olahraga ini resmi dinamakan Padel.
Ledakan Popularitas Global: 10.000 Lapangan Baru dalam 3 Tahun
Sejak 2010, dan terutama dalam lima tahun terakhir, padel mengalami ledakan global. The Telegraph bahkan menyebut padel sebagai olahraga dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Statistiknya mencengangkan lebih dari 10.000 lapangan baru dibangun hanya dalam kurun waktu tiga tahun, dan 3.000 klub padel berdiri di berbagai negara. Artinya, rata-rata 29 klub padel baru dibuka setiap minggunya.
Popularitas tertinggi tercatat di Spanyol, Italia, Swedia, Prancis, Belgia, Belanda, Portugal, dan kini mulai merambah ke Indonesia. Banyak selebritas global hingga lokal, termasuk atlet dan influencer, turut mempopulerkan olahraga ini lewat media sosial.
Bagaimana Cara Bermain Padel?
Padel dimainkan dalam format ganda (dua lawan dua) di lapangan yang lebih kecil dari tenis, dikelilingi oleh dinding kaca dan pagar logam. Permainan dimulai dengan servis bawah tangan dan setiap bola harus memantul terlebih dahulu sebelum mengenai dinding.
Jika bola memantul dua kali di satu sisi, maka poin untuk lawan. Menariknya, pemain juga bisa keluar dari lapangan melalui pintu samping untuk mengejar bola yang memantul dan keluar lapangan hal ini membuat padel seru dan sangat dinamis.
Sistem skornya mirip dengan tenis:
15 (satu poin)
30 (dua poin)
40 (tiga poin)
Deuce (jika sama kuat 40-40)
Satu set dimenangkan jika mencapai 6 game dan unggul dua game dari lawan.
Padel di Indonesia Gaya Hidup atau Sekadar Tren?
Kini, sejumlah lapangan padel mulai bermunculan di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Banyak pusat kebugaran, hotel, hingga resort menambahkan fasilitas padel sebagai nilai jual tambahan.
Namun, masih ada pekerjaan rumah. Harga sewa lapangan yang tinggi, kurangnya pelatih profesional, serta persepsi padel sebagai “olahraga elit” bisa menjadi penghalang utama bagi perkembangan masif olahraga ini di Indonesia.
Kendati begitu, tren yang dibawa padel tak hanya sekadar soal olahraga. Ia sudah menjadi bagian dari narasi gaya hidup, jaringan sosial, dan simbol status baru bagi sebagian masyarakat urban.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage