Energi Surya Jadi Penyelamat: Solusi Listrik Terjangkau di Tengah Krisis Afrika Selatan
KLIKWARTAKU — Krisis listrik berkepanjangan yang melanda Afrika Selatan telah memicu gelombang inovasi di sektor energi terbarukan. Salah satu terobosannya adalah sistem listrik tenaga surya berbasis pembayaran bulanan atau pay-as-you-go, yang terbukti menyelamatkan nyawa dan menopang ekonomi warga kecil.
Mark Moodley, warga Benoni di timur Johannesburg, menyebut instalasi sistem tenaga surya di rumahnya sebagai penyelamat nyawa. Ibunya yang berusia 81 tahun membutuhkan konsentrator oksigen setiap hari, namun pasokan listrik negara yang tak menentu sempat membuat hidup mereka dalam bahaya.
“Ada hari-hari ketika listrik padam selama enam jam. Saya harus menggunakan aki mobil untuk menyalakan alat bantu napasnya, tapi itu hanya bertahan sebentar. Kami bahkan pernah harus buru-buru ke rumah sakit saat alatnya mati,” ujar Moodley.
Kini, berkat panel surya yang diinstal melalui skema cicilan dari startup lokal Wetility, ibunya bisa bernapas dengan tenang. “Saya tidak perlu terjaga sepanjang malam untuk mengecek oksigennya. Ini benar-benar menyelamatkan hidup kami,” katanya haru.
Dari Krisis Jadi Peluang Energi Bersih
Afrika Selatan telah mengalami hampir 15 tahun pemadaman bergilir (load-shedding) akibat infrastruktur kelistrikan yang rapuh dan ketergantungan besar terhadap batu bara. Namun, celah inilah yang dimanfaatkan Wetility (startup yang didirikan pada 2019) untuk menciptakan solusi terjangkau bagi rumah tangga dan UMKM.
Dengan biaya mulai dari $60 per bulan (sekitar Rp950 ribu) dan tanpa uang muka besar, sistem Wetility mencakup panel surya fleksibel, inverter, dan baterai cadangan. Instalasi dilengkapi kotak baja seberat 300kg untuk mencegah pencurian, menjadikannya aman bahkan di wilayah rawan.
“Akses listrik itu tidak berarti apa-apa jika tidak stabil atau terjangkau,” ujar Vincent Maposa, pendiri Wetility. “Kami menciptakan produk yang cocok secara teknis dan juga secara finansial.”
Menyelamatkan UMKM dari Gulung Tikar
Dampak sistem ini tidak hanya dirasakan di rumah, tapi juga di lini bisnis kecil seperti milik Julius Koobetseng, seorang pemilik toko kelontong di Krugersdorp. Sebelum menggunakan solar, pemadaman listrik kerap membuat daging dan produk susu membusuk.
“Kami pernah tidak punya listrik selama empat hari. Itu hampir menghancurkan bisnis saya,” katanya.
Namun sejak beralih ke tenaga surya Maret lalu, tokonya kembali hidup. Biaya $250 per bulan terasa sepadan dengan keuntungan yang diperoleh.
“Sekarang orang tahu toko saya tetap buka meski listrik padam. Mereka datang untuk isi daya, tapi akhirnya belanja juga,” ujarnya sambil tersenyum.
Akses Energi yang Lebih Setara
Meski sistem tenaga surya masih di luar jangkauan sebagian besar warga berpenghasilan rendah, model bisnis Wetility membuka jalan baru menuju akses energi bersih yang lebih merata.
Dengan desain panel surya yang ringan dan fleksibel, bahkan rumah-rumah di township dengan atap rapuh bisa ikut menikmati teknologi ini. Jika seseorang mencoba mencabutnya, panel akan robek dan tidak bisa dijual kembali—sebuah solusi kreatif untuk mengatasi pencurian.
“Kami ingin solar tidak hanya untuk yang kaya, tapi juga untuk mereka yang paling membutuhkannya,” tegas Maposa.
Masa Depan Energi di Afrika Selatan
Meski tantangan besar masih membayangi sistem kelistrikan nasional, kisah seperti Moodley dan Koobetseng menunjukkan bahwa masa depan energi yang bersih, aman, dan inklusif bukanlah mimpi—asalkan ada inovasi dan kemauan untuk berubah.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage