Energi Nuklir Harus Hasilkan Keuntungan Ekonomi Nyata bagi Kalimantan Barat
KLIK WARTAKU – Rencana pemerintah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat mulai menuai respons dari daerah. Salah satunya datang dari Anggota DPRD Kalbar, Zulfydar Zaidar Mochtar, yang menyambut positif langkah tersebut.
Ia menyebut PLTN sebagai peluang strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kalbar, selama dikerjakan dengan perencanaan matang dan pendekatan inklusif.
“Kami di daerah menyambut baik inisiatif pemerintah pusat untuk menjadikan Kalbar bagian dari lompatan energi masa depan,” ujar Zulfydar di Pontianak, Kamis (26/6).
“Namun, jangan sampai potensi besar ini hanya menjadi catatan nasional tanpa manfaat langsung ke masyarakat Kalbar.”
Menurutnya, energi nuklir bukan satu-satunya opsi. Kalbar memiliki beragam sumber energi primer yang bisa saling melengkapi.
Dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034, Kalbar tercatat memiliki cadangan uranium sebesar 24.112 ton di Kabupaten Melawi, serta potensi besar dari tenaga air, batu bara, biomassa, biogas, hingga energi surya.
“Semua potensi ini perlu diorkestrasi. Energi harus menjadi alat untuk menciptakan nilai tambah ekonomi, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan warga,” jelasnya.
Zulfydar juga mendukung penggunaan teknologi SMR (small modular reactor) untuk proyek PLTN, selama berjalan seiring dengan optimalisasi sumber energi lokal lainnya. Ia menegaskan pentingnya partisipasi daerah dalam proses pengambilan keputusan, pengawasan, hingga skema kerja sama investasi.
“Bukan soal setuju atau tidak setuju nuklir. Tapi soal bagaimana energi dikelola dengan bijak, aman, dan menguntungkan masyarakat Kalbar,” ujarnya.
“Baik nuklir, air, matahari, maupun batu bara, semua harus dimaksimalkan untuk mendorong transformasi ekonomi daerah.”
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut bahwa Kanada dan Rusia telah mengajukan proposal kerja sama pembangunan PLTN di Indonesia.
Kapasitas proyek diperkirakan sebesar 500 MW dan akan dibagi antara wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Menutup pernyataannya, Zulfydar mengingatkan agar proyek-proyek besar energi tidak berhenti pada tataran makro.
“Ini momentum. Energi tidak boleh hanya jadi statistik nasional, tapi harus menjelma jadi listrik, pekerjaan, dan penghidupan yang lebih baik bagi rakyat Kalbar.”
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini