Demo Anti-Gentrifikasi di Meksiko: Warga Usir Turis Asing dari Mexico City
KLIKWARTAKU — Mexico City diguncang gelombang aksi protes anti-gentrifikasi yang berlangsung pada 4 Juli lalu, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat.
Ratusan demonstran berkumpul di Parque México, Distrik Condesa, untuk menentang kenaikan harga sewa yang melonjak drastis, maraknya apartemen sewa jangka pendek, serta banjirnya wisatawan asing – khususnya dari Amerika dan Eropa – yang dianggap mengusir warga lokal dari lingkungan mereka.
Distrik populer seperti Condesa, Roma, dan La Juárez menjadi episentrum gentrifikasi. Di Condesa saja, diperkirakan satu dari lima rumah kini berubah menjadi hunian turis atau sewa jangka pendek. Banyak warga juga mengeluhkan perubahan budaya sehari-hari, mulai dari menu restoran yang disajikan dalam bahasa Inggris hingga sambal taco yang dibuat lebih ringan untuk lidah turis.
Namun, aksi yang awalnya damai berubah ricuh ketika sekelompok demonstran radikal menyerang kafe dan butik yang menyasar wisatawan. Mereka merusak fasilitas, mencoret-coret dinding dengan grafiti, serta berteriak “Fuera Gringo!” atau “Gringos Out!”.
Kisah Warga Tergusur
Salah satu cerita yang menggugah datang dari Erika Aguilar, yang keluarganya terpaksa meninggalkan apartemen warisan keluarganya di La Juárez setelah 45 tahun menetap. Pemilik gedung menjual properti ke perusahaan real estat dan memaksa seluruh penghuni pindah. Kini, apartemen lama Erika sedang direnovasi menjadi hunian mewah untuk sewa jangka pendek dalam dolar AS.
“Kami dipaksa keluar, sementara harga sewa melonjak 10 kali lipat dalam 15 tahun terakhir. Apartemen yang dulu Rp3 jutaan, kini bisa Rp30 jutaan per bulan,” ujar seorang aktivis, Sergio González, yang juga pernah mengalami penggusuran.
Menurut kelompoknya, lebih dari 4.000 kasus penggusuran paksa terjadi di Distrik La Juárez dalam satu dekade terakhir.
Pemerintah dan Kontroversi Airbnb
Wali Kota Mexico City, Clara Brugada, merespons dengan meluncurkan rencana 14 poin untuk mengendalikan harga sewa dan membangun perumahan sosial. Namun banyak warga menilai langkah itu “terlambat” dan tidak menyentuh akar masalah.
Kritik juga diarahkan pada Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, yang ketika masih menjabat sebagai wali kota pada 2022 justru menandatangani kerja sama dengan Airbnb guna menarik digital nomad asing, yang dinilai mempercepat laju gentrifikasi.
Ketegangan yang Terus Memanas
Meski sebagian warga menegaskan kemarahan mereka bukan semata pada turis, banyak yang menilai para pendatang asing tidak peduli dengan budaya lokal, enggan belajar bahasa Spanyol, bahkan menghindari kewajiban pajak. Ironisnya, hal ini terjadi di saat warga Meksiko menghadapi diskriminasi imigrasi ketat ketika pindah ke AS.
Di sisi lain, banyak turis asal AS justru mengaku paham keresahan warga lokal. “Kalau pindah, seharusnya belajar bahasa, bayar pajak, dan ikut membaur, bukan menjadikan tempat ini milik sendiri,” ujar pasangan asal Portland, Oregon, yang sedang berlibur di Mexico City.
Namun bagi Erika dan ribuan warga lain yang sudah kehilangan rumah, gentrifikasi telah merenggut jiwa komunitas. “La Juárez dulu penuh keluarga dan anak-anak. Sekarang, yang tersisa hanya kafe mahal dan apartemen mewah. Rasanya seperti hutan yang ditebangi hingga berubah jadi gurun,” ucapnya lirih.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini