klikwartaku.com
Beranda Internasional Demam Matcha Global Picu Krisis Pasokan: Harga Naik, Petani Jepang Kewalahan

Demam Matcha Global Picu Krisis Pasokan: Harga Naik, Petani Jepang Kewalahan

Popularitas matcha meledak di seluruh dunia, membuat stok menipis dan harga melonjak. Foto: Tangkapan layer YouTube my cristories

KLIKWARTAKU — Matcha, bubuk teh hijau asal Jepang yang dikenal akan manfaat kesehatannya, kini menjadi buruan dunia. Dari latte Starbucks di Inggris hingga donat Krispy Kreme di Singapura, matcha muncul di mana-mana. Namun di balik popularitasnya yang melonjak tajam, industri matcha kini menghadapi tantangan besar: krisis pasokan global.

Dipicu oleh viralnya konten seputar matcha di media sosial seperti TikTok dengan tagar #MatchaTok yang telah ditonton puluhan juta kali, permintaan terhadap matcha meroket. Ditambah lagi, lonjakan wisatawan ke Jepang pasca pandemi dan melemahnya yen turut mendongkrak konsumsi lokal maupun ekspor teh khas Negeri Sakura ini.

Permintaan Meledak, Petani Kewalahan

Lauren Purvis, importir teh asal AS dan pendiri Mizuba Tea Co, mengatakan bahwa banyak pelanggannya kehabisan stok yang biasanya cukup untuk sebulan hanya dalam hitungan hari. “Beberapa kafe bahkan minta pasokan hingga satu kilogram per hari. Mereka panik,” ujarnya.

Namun permintaan tinggi ini datang di tengah produksi teh yang menurun akibat gelombang panas ekstrem dan tarif impor AS terhadap produk Jepang. Harga matcha pun meroket di pasar internasional.

Matcha sendiri dibuat melalui proses rumit dan tradisional. Daun teh tencha ditanam dalam naungan selama beberapa minggu untuk menciptakan rasa umami khas, lalu digiling dengan batu menjadi bubuk halus. Proses ini menghasilkan hanya sekitar 40 gram matcha per jam.

Produksi Tertekan: Cuaca Ekstrem dan Krisis Petani Muda

Di kawasan Kyoto, penghasil sekitar 25 persen tencha Jepang, suhu tinggi menyebabkan gagal panen. Di sisi lain, sektor pertanian Jepang kekurangan regenerasi karena semakin sedikit anak muda yang tertarik menjadi petani.

Akibatnya, toko-toko di kota Uji, Kyoto (yang terkenal akan matcha berkualitas tinggi) kerap kehabisan stok bahkan sebelum tengah hari. Beberapa pengecer membatasi pembelian hanya satu kaleng per orang.

“Kami harus batasi pembelian per pelanggan karena lonjakan wisatawan dan kelangkaan stok,” ujar Atsuko Mori dari Camellia Tea Ceremony.

Harga Melonjak, Matcha Jadi Barang Mewah

Kekurangan pasokan menyebabkan harga matcha naik hingga 30 persen di berbagai tempat, termasuk di Chazen, jaringan rumah minum teh di Tokyo. Rie Takeda, master teh di Chazen, mengaku pengiriman teh yang dulu hanya butuh beberapa hari kini molor hingga lebih dari seminggu.

Namun di balik tantangan ini, para pelaku industri melihat sisi positif. “Permintaan ini bagus karena membuka jalan bagi lebih banyak orang mengenal budaya Jepang,” kata Takeda.

Edukasi Konsumen: Hargai Matcha, Jangan Ditimbun

Tingginya minat juga memicu gerakan konsumsi bijak matcha. Banyak pemerhati teh menyerukan agar konsumen tidak menimbun matcha atau menyalahgunakannya untuk meraup untung. Beberapa produsen bahkan menyayangkan penggunaan matcha berkualitas tinggi dalam resep masakan, karena cita rasa halusnya hilang.

“Matcha itu istimewa. Sayang kalau hanya dijadikan bahan campuran,” ujar Mori.

Asosiasi Teh Jepang mendorong penggunaan matcha kualitas menengah atau rendah (yang berasal dari panen kedua atau ketiga) untuk memasak atau membuat minuman campuran, sementara matcha kelas atas sebaiknya dinikmati murni dalam upacara teh.

Tarif Impor AS Tambah Tekanan

Situasi makin pelik ketika Amerika Serikat menerapkan tarif 15 persen terhadap produk Jepang, termasuk matcha. Lauren Purvis menyebut pesanan melonjak 70 persen menjelang tenggat kesepakatan dagang AS–Jepang.

“Karena teh Jepang tidak ditanam di AS, seharusnya tidak ada industri domestik yang perlu dilindungi dengan tarif,” tegasnya.

Akankah Harga Matcha Turun?

Meski harga saat ini tinggi, beberapa pelaku usaha optimistis tren akan stabil. Masahiro Nagata, salah satu pendiri The Matcha Tokyo, memperkirakan bahwa dalam dua hingga tiga tahun ke depan, lonjakan permintaan akan mereda, dan harga bisa kembali terkendali.

“Matcha kualitas rendah pun sekarang dijual dengan harga tinggi, tapi pola itu tak akan bertahan lama,” ujarnya.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan