Melihat Kreativitas UMKM di KKI 2025: Dari Limbah Sawit Jadi Songket Rp9 Juta, hingga Batik Ramah Lingkungan Tembus Pasar Global
KLIK WARTAKU – Inovasi dua pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini membuktikan bahwa limbah bisa menjadi karya berkelas dunia.
Saree Ulos dari Danau Toba dan Batik Organik asal Bogor sukses mengubah sisa pertanian menjadi wastra Nusantara bernilai tinggi, sekaligus mengangkat kesejahteraan para perajin.
Juliana Sianturi, pendiri Saree Ulos, memanfaatkan limbah sawit, rami, pisang, dan nanas menjadi benang tenun songket ulos yang ramah lingkungan.
Selembar kainnya bisa bernilai hingga Rp9 juta. Berawal dari program inkubasi Kementerian UMKM 2024, kini Saree Ulos bermitra dengan 50 penenun yang mendapat upah layak dan insentif 10% dari harga kain terjual.
“Songket ulos ini kami buat agar bisa dinikmati semua kalangan, bukan hanya masyarakat Batak,” ujar Juliana di ajang Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025, Jakarta.
Karya uniknya menarik minat eksportir Eropa dan Amerika, sekaligus memicu harapan lahirnya mesin pengolah limbah pertanian menjadi benang khas Indonesia.
Sementara itu, Ana Khairani, pendiri Batik Organik, sejak 2013 mengembangkan batik berpewarna alami hasil ekstrak daun, bunga, kulit buah, dan batang pohon, bekerja sama dengan LIPI.
Menggunakan serat alami seperti akasia, eucalyptus, katun, dan sutra eri, batiknya tak hanya ramah lingkungan tapi juga memberdayakan 54 ibu pembatik di Desa Cipaku, Bogor.
Berkat program Entrepreneur Development Kementerian UMKM, Ana mendapat pelatihan, akses pasar, dan legalitas usaha.
“Kami ingin membangun pusat riset edukasi serat dan warna alam agar batik berkelanjutan makin dikenal dunia,” ujarnya.
Saree Ulos dan Batik Organik kini menjadi bukti bahwa UMKM tidak hanya menggerakkan ekonomi, tetapi juga menjaga bumi dan membuka peluang global bagi produk lokal Indonesia.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage