China Tuduh Nvidia Langgar Hukum Anti-Monopoli di Tengah Panasnya Perang Dagang AS-Tiongkok
KLIKWARTAKU — Otoritas pasar China menuding perusahaan chip asal Amerika Serikat, Nvidia, melanggar hukum anti-monopoli Tiongkok. Meski belum merinci bentuk pelanggaran, regulator memastikan penyelidikan akan terus berlanjut.
Menanggapi tuduhan tersebut, Nvidia menegaskan pihaknya selalu mematuhi hukum “dalam semua aspek” dan siap bekerja sama dengan seluruh otoritas terkait.
Di Tengah Perang Dagang AS–China
Kasus ini mencuat di saat AS dan Tiongkok sedang mengadakan pertemuan dagang di Madrid, Spanyol. Pertemuan hari kedua dipimpin oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.
Pembicaraan ini menyoroti isu sensitif perdagangan, termasuk pembatasan ekspor chip semikonduktor ke China. Chip buatan Nvidia menjadi salah satu komoditas yang paling diawasi.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga mengisyaratkan adanya kesepakatan dengan China terkait upaya mencegah larangan aplikasi TikTok di Amerika Serikat.
Latar Belakang Investigasi Nvidia
Penyelidikan terhadap Nvidia pertama kali diumumkan oleh Beijing pada Desember tahun lalu, sebagai bagian dari perseteruan panjang antara dua ekonomi terbesar dunia dalam perebutan dominasi pasar semikonduktor.
Sebelumnya, AS memperketat aturan ekspor chip berteknologi tinggi ke perusahaan China. Sebagai balasan, Beijing meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan asing, termasuk Nvidia.
TikTok Jadi Isu Panas
Selain isu chip, nasib TikTok juga menjadi sorotan dalam perundingan dagang. Trump yang sempat vokal menyerukan pelarangan aplikasi asal China itu kini melunak, bahkan menunda rencana larangan hingga tiga kali.
Aplikasi berbagi video ini kini memiliki sekitar 170 juta pengguna di Amerika Serikat, menjadikannya salah satu platform media sosial terbesar di dunia.
Tantangan Perdagangan Global
Kasus Nvidia menunjukkan betapa rapuhnya hubungan dagang AS–China di tengah ketergantungan global terhadap semikonduktor. Dengan tensi yang terus memanas, keputusan regulator China berpotensi memicu eskalasi baru dalam perang dagang kedua negara.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini