klikwartaku.com
Beranda Internasional China Laporkan 7.000 Kasus Virus Chikungunya, Pemerintah Terapkan Langkah Serupa Covid-19

China Laporkan 7.000 Kasus Virus Chikungunya, Pemerintah Terapkan Langkah Serupa Covid-19

Wabah chikungunya menyebar cepat di Provinsi Guangdong, China, dengan lebih dari 7.000 kasus tercatat sejak Juli. Foto: Tangkapan layer YouTube CBS Mornings

KLIKWARTAKU — Pemerintah China melaporkan lebih dari 7.000 kasus virus chikungunya di Provinsi Guangdong sejak awal Juli 2025. Kota Foshan, yang menjadi pusat wabah, menerapkan langkah penanganan ketat seperti pada masa pandemi Covid-19.

Virus chikungunya, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, menyebabkan demam tinggi dan nyeri sendi parah yang dalam beberapa kasus bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Meskipun umumnya ringan, virus ini menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat karena belum umum dikenal di China.

Tindakan Khusus di Foshan: Isolasi dan Jaring Nyamuk di Rumah Sakit

Di kota Foshan, para pasien chikungunya diwajibkan dirawat di rumah sakit dengan tempat tidur yang dilindungi oleh kelambu antinyamuk. Mereka hanya dapat dipulangkan setelah dinyatakan negatif atau setelah karantina selama tujuh hari.

Dalam satu pekan terakhir, hampir 3.000 kasus baru tercatat di wilayah ini. Bahkan, Hong Kong melaporkan kasus pertamanya, yaitu seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang baru kembali dari Foshan.

Virus Tidak Menular Antar-Manusia, Tapi Tetap Waspada

Chikungunya tidak menular secara langsung dari manusia ke manusia. Penularan hanya terjadi jika nyamuk menggigit orang terinfeksi, lalu menggigit orang lain. Meski demikian, penyebarannya tetap memicu kecemasan publik, terutama karena gejalanya yang bisa berkepanjangan.

“Ini menakutkan. Efek jangka panjangnya terdengar sangat menyakitkan,” tulis seorang pengguna Weibo.

Pemerintah AS pun telah mengimbau warganya untuk meningkatkan kewaspadaan jika bepergian ke China.

Langkah Pencegahan: Denda, Ikan Pemakan Larva, dan Drone

Pemerintah Guangdong telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menghentikan penyebaran, antara lain:

Kampanye membersihkan air tergenang di rumah seperti pot bunga, alat kopi, hingga botol bekas. Denda hingga 10.000 yuan (sekitar Rp 22 juta) bagi warga yang tidak mematuhi. Pelepasan nyamuk “gajah” pemangsa nyamuk penyebar virus. Penyebaran 5.000 ikan pemakan larva nyamuk ke danau-danau di Foshan. Serta penggunaan drone untuk mendeteksi genangan air tersembunyi.

Beberapa kota sempat menerapkan karantina 14 hari bagi pelancong dari Foshan, namun aturan ini telah dicabut menyusul kritik dari masyarakat.

Apakah Tindakan Ini Perlu? Netizen China Terbelah

Langkah-langkah ketat ini mengingatkan masyarakat pada masa pandemi Covid-19, sehingga banyak yang mempertanyakan urgensinya. “Rasanya deja vu… Tapi apakah ini benar-benar perlu?” tulis pengguna Weibo lainnya.

China dikenal menerapkan kebijakan nol-Covid ekstrem pada masa lalu, seperti mengunci gedung, kompleks, bahkan kota secara tiba-tiba.

Apa Itu Virus Chikungunya?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala chikungunya muncul dalam 3–7 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Gejalanya meliputi: Demam tinggi, Nyeri sendi ekstrem kemudian Ruam, sakit kepala, pembengkakan sendi.

Sebagian besar pasien sembuh dalam seminggu, namun pada kasus parah, nyeri sendi bisa bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Orang yang berisiko tinggi adalah bayi baru lahir, lansia, dan penderita penyakit kronis seperti diabetes atau jantung.

Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania tahun 1952 dan kini telah tercatat di lebih dari 110 negara.

Kombinasi Wabah dan Trauma Pandemi

Wabah chikungunya menjadi ujian baru bagi sistem kesehatan China. Di tengah trauma kolektif akibat Covid-19, upaya pengendalian penyakit menular harus tetap efektif, transparan, dan proporsional agar tak menimbulkan kepanikan baru.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan