klikwartaku.com
Beranda Lifestyle Cara Bijak Menyikapi Kembalinya Seseorang yang Pernah Menghilang, Menurut Psikologi dan Filosofi Stoik

Cara Bijak Menyikapi Kembalinya Seseorang yang Pernah Menghilang, Menurut Psikologi dan Filosofi Stoik

Ilustrasi cara menghadapi mantan

KLIKWARTAKU – Tidak jarang, dalam perjalanan hidup yang penuh lika-liku, seseorang yang dulu menghilang tiba-tiba muncul kembali. Bisa lewat sebuah pesan singkat, panggilan telepon tak terduga, atau sekadar komentar di media sosial. Kehadirannya sering kali memicu gelombang emosi campuran antara lega, bingung, penasaran, bahkan was-was.

Di momen seperti ini, banyak orang terburu-buru memberikan respons tanpa mempertimbangkan langkah selanjutnya. Padahal, menurut psikologi modern, fase awal setelah seseorang kembali adalah masa paling rawan untuk membuat keputusan impulsif.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Social and Personal Relationships mengungkap, mereka yang menahan diri dalam waktu lama justru lebih rentan untuk “terlalu cepat” merespons ketika kesempatan datang, dan ini sering berujung pada penyesalan. Karena itulah, kendali diri menjadi kunci untuk menjaga harga diri sekaligus melindungi kesehatan mental.

Filosofi Stoik bahkan menegaskan bahwa kendali sejati bukanlah pada siapa yang memilih hadir dalam hidup kita, melainkan pada bagaimana kita memilih untuk merespons. Dengan memadukan prinsip psikologi modern dan kebijaksanaan Stoik, Anda bisa menghadapi momen ini dengan tenang, penuh kesadaran, dan tanpa kehilangan jati diri.

Berikut rangkuman yang diulas dari kanal YouTube Kekuatan Stoik, Minggu, 10 Agustus 2025

1. Jangan Terburu-Buru Memberi Respons

Kesalahan paling umum adalah membalas pesan terlalu cepat. Ketergesaan seperti ini justru memberi kesan bahwa hidup Anda terhenti sejak ia pergi, seolah-olah selama ini Anda hanya menunggu kepulangannya.

Padahal, respons yang terlalu cepat dapat membuat posisi Anda terlihat lemah secara emosional. Lebih baik beri jeda sebelum membalas—not untuk bermain tarik-ulur, tetapi untuk menunjukkan bahwa hidup Anda tetap berjalan.

Psikologi menyebut ini sebagai bentuk pengendalian diri yang sehat. Seperti kata filsuf Stoik, “Menguasai diri lebih kuat daripada menguasai orang lain.” Dengan menahan impuls, Anda melatih ketenangan batin dan membuat keputusan dari posisi yang kokoh.

2. Uji Konsistensi, Bukan Sekadar Perkataan

Kata-kata manis memang mudah diucapkan, apalagi oleh seseorang yang ingin kembali. Namun, psikologi kognitif menegaskan bahwa tindakan jauh lebih jujur daripada ucapan.

Jangan langsung percaya pada permintaan maaf atau nostalgia masa lalu. Perhatikan konsistensi tindakannya dalam jangka waktu tertentu. Apakah ia benar-benar berusaha membangun kembali hubungan, atau hanya datang karena kesepian sesaat?

Dengan fokus pada bukti nyata, Anda menjaga diri dari kekecewaan dan menempatkan diri di kursi pengemudi dalam hubungan.

3. Tunjukkan Bahwa Hidup Anda Tetap Berjalan

Kemandirian sejati terlihat ketika Anda tetap tumbuh dan berkembang meski ditinggalkan. Saat ia kembali, biarkan ia melihat bahwa Anda punya rutinitas sehat, pencapaian baru, dan kehidupan yang produktif.

Tak perlu memamerkan kesibukan secara berlebihan—cukup biarkan sikap, cara bicara, dan keputusan Anda mencerminkan perkembangan tersebut. Bayangkan ia membuka kembali “buku” hidup Anda dan menemukan bab-bab baru yang menarik untuk dibaca.

4. Tetapkan Batas dan Aturan Baru

Kembalinya seseorang bukan berarti hubungan akan otomatis membaik. Untuk mencegah pola lama terulang, tetapkan batas dan aturan baru sejak awal.

Prinsip Stoik mengingatkan bahwa kita tak bisa mengendalikan orang lain, tetapi kita bisa mengendalikan respons kita. Batas yang jelas akan menjaga keseimbangan dan melindungi ketenangan batin Anda.

Dengan aturan baru, Anda mengirim pesan bahwa harga diri tidak bisa dinegosiasikan.

5. Jawab dengan Tenang, Jangan Mengungkit Masa Lalu

Godaan terbesar ketika mantan atau orang lama kembali adalah mengungkit luka lama. Namun, mengulang masa lalu hanya akan membuat Anda kehilangan kendali emosional.

Jawaban singkat, sopan, dan tanpa drama menunjukkan bahwa Anda sudah berdamai dengan masa lalu. Psikologi hubungan menyebutnya forward focus mengalihkan energi ke masa depan, bukan trauma lama.

Seperti prinsip Stoik: masa lalu tak bisa diubah, tapi sikap hari ini menentukan masa depan.

6. Fokus pada Diri Anda, Bukan pada Dirinya

Tujuan no contact bukanlah memancing mantan untuk kembali, melainkan memulihkan diri. Jika ia kembali, anggap itu bonus, bukan tujuan utama.

Tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya tetap utuh meski ia tidak kembali? Jika jawabannya “ya”, berarti Anda sudah menang. Hubungan yang dibangun dari kekuatan pribadi akan selalu lebih sehat dibanding hubungan yang dibentuk karena rasa kehilangan.

 

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan