BMKG Ajak Tokoh Agama untuk Hadapi Krisis Iklim
KLIKWARTAKU – Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto mengajak tokoh agama ikut ambil bagian dalam menghadapi krisis iklim global. Lewat sentuhan spiritual dan moral, para pemuka agama dinilai bisa jadi jembatan penting dalam membangun kesadaran masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan.
“Tokoh agama punya pengaruh besar. Mereka bisa menanamkan nilai-nilai menjaga lingkungan, mendorong aksi kolektif, hingga menjadi advokat perubahan di komunitas,” kata Tri Handoko Seto.
Data iklim menunjukkan kondisi bumi semakin memanas. BMKG dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat bahwa tahun 2024 adalah tahun terpanas dalam sejarah umat manusia, dengan suhu global yang sudah naik lebih dari 1,5°C dari era pra-industri. Padahal, batas itu semestinya baru tercapai pada tahun 2100.
Kenaikan suhu ini berimbas langsung pada cuaca ekstrem: hujan lebat, banjir, tanah longsor, kekeringan panjang, bahkan kebakaran hutan makin sering terjadi. Perubahan pola iklim juga menyulitkan perencanaan sektor pertanian dan ketahanan air.
“El Nino dan La Nina yang dulu lima tahunan, sekarang bisa muncul tiap dua sampai tiga tahun,” tambah Seto.
Pemanasan global juga berdampak serius pada risiko kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). BMKG memperkirakan kekeringan bisa meningkat hingga empat kali lipat jika suhu bumi terus naik.
Data Karhutla 1997: 4,5 juta hektare, 2015: 2,6 juta hektare, 2019: 1,9 juta hektare sehingga untuk menanggulangi hal ini, BMKG rutin menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah rawan bencana, terutama saat musim kemarau.
Indonesia adalah pemilik hutan tropis terbesar ketiga dunia, setelah Brasil dan Kongo. Hutan tropis utuh bisa menyerap lebih dari 1 miliar ton karbon per tahun, bahkan hutan yang sedang tumbuh kembali bisa menyerap hingga 1,46 miliar ton.
Sayangnya, deforestasi dan kebakaran hutan di wilayah tropis justru melepas karbon dalam jumlah besar: sekitar 2,24 miliar ton per tahun. Ini membuat upaya pelestarian hutan jadi sangat krusial.
Seto menegaskan, para pemuka agama bisa memainkan peran penting dalam memperbaiki hubungan manusia dengan alam. Lewat dakwah, ceramah, dan aksi komunitas, tokoh agama bisa menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga bumi adalah bagian dari ajaran iman.
“Kalau sains bicara dengan data, agama bicara dari hati. Kombinasi keduanya bisa mendorong perubahan nyata,” ujarnya.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage