Bank Indonesia Dorong Pembiayaan Pertanian, Ekonomi Sirkular Bisa Jadi Solusi Strategis Hadapi Krisis Iklim

KLIK WARTAKU — Di tengah meningkatnya tekanan perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya, ekonomi sirkular muncul sebagai pendekatan fundamental untuk menyelamatkan sektor pertanian sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem.
Konsep ini menjadi sorotan utama dalam forum kebijakan regional Asia-Pacific Rural and Agricultural Credit Association (APRACA) yang digelar di Bali pada 26 Mei 2025 mengusung tema “The Strategic Role of Agricultural Finance in Advancing the Circular Economy.”
Bank Indonesia, sebagai tuan rumah forum, menekankan pentingnya dukungan sektor keuangan dalam mempercepat transformasi pertanian menuju ekonomi sirkular.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyampaikan tiga langkah strategis yang dapat dilakukan lembaga keuangan: memperluas akses pembiayaan inovatif, mengembangkan produk keuangan ramah lingkungan, serta memperkuat kapasitas penilaian risiko terhadap model bisnis sirkular.
“Lembaga keuangan perlu mengubah cara pandang terhadap potensi usaha berbasis ekonomi sirkular yang cenderung nontradisional, namun memiliki risiko jangka panjang yang lebih rendah,” ujar Destry dilansir dari website resmi Bank Indonesia.
Bank Indonesia sendiri telah mengimplementasikan berbagai kebijakan strategis, mulai dari dorongan pembiayaan hijau melalui instrumen makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran seperti QRIS bagi petani, hingga pengembangan model pembiayaan berbasis klaster.
Salah satu contoh penerapannya terlihat di Desa Penglipuran, Bali, yang sukses memadukan pariwisata dan pertanian berkelanjutan dengan dukungan ekosistem keuangan digital yang inklusif.
Dalam forum yang dihadiri delegasi dari 24 negara ini, Chairman APRACA sekaligus pimpinan Agricultural Development Bank of China, Qian Wenhui, menegaskan bahwa ekonomi sirkular bukan hanya solusi ekologis, tapi juga strategi ketahanan pangan.
Ia menyoroti pentingnya sistem pertanian tertutup yang memanfaatkan limbah sebagai sumber daya baru, serta penggunaan alternatif pestisida ramah lingkungan dan energi terbarukan seperti biogas.
“Ekonomi sirkular menjawab tiga tantangan sekaligus: keterbatasan sumber daya, krisis pangan, dan perubahan iklim,” kata Qian.
APRACA sendiri merupakan forum internasional yang menghimpun 95 lembaga keuangan dan regulator dari kawasan Asia Pasifik. Forum ini menjadi wadah kolaborasi dan pertukaran pengetahuan untuk mendukung pembiayaan di sektor pertanian dan pedesaan.
Dengan sinergi kebijakan dan peran aktif lembaga keuangan, ekonomi sirkular diharapkan menjadi pilar baru bagi pertanian yang lebih tangguh, adil, dan berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage