Banjir Bandang Pakistan Utara Tewaskan Ratusan Warga, Desa Bishnoi Hancur Total
KLIKWARTAKU — Bencana banjir bandang melanda wilayah utara Pakistan setelah hujan deras mengguyur sejak Kamis malam 15 Agustus lalu. Desa Bishnoi di Distrik Buner, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, menjadi salah satu daerah yang paling parah terdampak. Seluruh permukiman luluh lantak tersapu arus deras yang membawa batu-batu besar dan menimbun rumah-rumah warga.
Menurut Provincial Disaster Management Authority (PDMA), sedikitnya 314 orang tewas dan 156 lainnya terluka akibat banjir dan longsor yang dipicu hujan deras. Distrik Buner mencatat jumlah korban jiwa terbanyak, yakni 217 orang meninggal dunia.
“Di bawah setiap batu ini ada rumah dan keluarga. Warga hanya bisa menggali dengan tangan kosong untuk mencari orang yang mereka cintai,” ujar Israr Khan, warga Bishnoi.
Desa Hancur, Puluhan Keluarga Hilang
Diperkirakan lebih dari 50 persen rumah di Bishnoi hancur total, sementara sisanya tidak lagi layak huni. Tragisnya, banyak korban meninggal di satu rumah yang sedang menggelar persiapan pernikahan. Dari sekitar 80 hingga 90 keluarga di desa itu, hampir semuanya terdampak.
Seorang saksi menyebut, 27 warga masih hilang, termasuk satu keluarga besar beranggotakan 20 orang, di mana 18 di antaranya dinyatakan meninggal.
Musim Monsun yang Mematikan
Hujan monsun di Asia Selatan memang kerap memicu banjir bandang dan longsor. Tahun ini, lebih dari 650 orang telah meninggal akibat hujan monsun di kawasan tersebut. Di Pakistan sendiri, korban jiwa sejak akhir Juni mencapai 507 orang.
Para ahli menilai, selain hujan lebat, pencairan gletser akibat pemanasan global turut memperparah banjir bandang. Es yang mencair menyebabkan bebatuan dan tanah mudah longsor, sehingga memperbesar dampak bencana.
Kisah Penyelamatan dan Kehilangan
Di Lembah Swat, kurang dari 100 km dari Buner, seorang kepala sekolah, Saeed Ahmad, berhasil menyelamatkan hampir 900 siswa dengan mengevakuasi mereka tepat sebelum banjir menghantam sekolah. “Keputusan cepat itu menyelamatkan ratusan nyawa,” ujar seorang anggota dewan lokal.
Namun, tidak semua seberuntung itu. Abdul Salam dari Punjab kehilangan istri, dua putri, dan seorang putra yang terseret arus deras. “Saya mencoba menghubungi mereka berkali-kali, tapi tak ada jawaban. Semuanya sudah pergi,” ujarnya pilu.
Bantuan dan Pencarian Masih Berlanjut
Tim penyelamat bersama militer terus melakukan evakuasi, meski terkendala medan sulit dan tumpukan puing. Organisasi kemanusiaan seperti Al-Khidmat telah mendirikan posko medis dan menyalurkan bantuan darurat.
Namun hingga kini, pencarian korban masih berlangsung. Banyak keluarga yang masih menunggu kabar dari anggota keluarganya yang hilang.
“Air itu tak punya belas kasihan. Ia melahap semua yang ada di hadapannya,” kata Khan, menutup ceritanya dengan mata berkaca-kaca.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage