klikwartaku.com
Beranda Internasional AS Akan Evakuasi Sebagian Staf Kedutaan di Irak di Tengah Meningkatnya Ketegangan dengan Iran

AS Akan Evakuasi Sebagian Staf Kedutaan di Irak di Tengah Meningkatnya Ketegangan dengan Iran

Ilustrasi pemerintah AS siapkan evakuasi Staf Kedutaan di Irak di Tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran

KLIKWARTAKU – Pemerintah Amerika Serikat akan mengevakuasi sebagian staf kedutaan dan anggota keluarga mereka yang dianggap tidak esensial dari Baghdad, Irak, akibat meningkatnya risiko keamanan, demikian disampaikan sejumlah sumber pemerintah AS.

Meski tidak dijelaskan secara rinci apa yang memicu keputusan tersebut, namun kuat dugaan terkait kabar Israel siap melancarkan operasi militer terhadap Iran. Hal ini menjadi salah satu alasan warga Amerika diimbau untuk meninggalkan kawasan tersebut, kata para pejabat, seraya menambahkan bahwa Iran kemungkinan akan membalas serangan tersebut ke sejumlah lokasi milik AS di Irak.

Pemerintah AS juga membatasi pergerakan staf diplomatik mereka di dalam wilayah Israel. Langkah ini diambil di tengah terhentinya pembicaraan antara AS dan Iran terkait program nuklir Iran dalam beberapa hari terakhir.

Utusan AS untuk kawasan Timur Tengah, Steve Witkoff, dilaporkan masih berencana untuk melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, di Muscat pada hari Minggu nanti.

“Kami terus melakukan evaluasi terhadap jumlah dan kebutuhan personel di seluruh kedutaan besar kami. Berdasarkan analisis terbaru, kami memutuskan untuk mengurangi kehadiran kami di misi diplomatik di Irak,” kata Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS.

Selain itu, pemerintah AS juga memberlakukan larangan perjalanan bagi staf pemerintahnya di luar wilayah Tel Aviv, Yerusalem, dan Be’er Sheva di Israel karena meningkatnya ketegangan di kawasan.

Berbicara di Kennedy Center, Washington DC, Rabu malam, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa warga Amerika telah diminta untuk meninggalkan kawasan tersebut karena situasi berpotensi menjadi berbahaya. “Kita akan lihat apa yang terjadi,” ujarnya.

Trump kembali menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir. “Kami tidak akan membiarkan itu terjadi,” katanya.

Presiden Trump sebelumnya berharap dapat mencapai kesepakatan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Awal pekan ini, ia melakukan percakapan telepon selama 40 menit dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menurut laporan berlangsung tegang. Netanyahu selama ini lebih mendorong pendekatan militer dibanding diplomasi terhadap Iran.

Pada hari Senin, Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memulai pertemuan di Wina untuk membahas program nuklir Iran dan isu lainnya. Ini terjadi setelah IAEA merilis laporan yang mengkritik rendahnya kerja sama dari Iran. Terutama dalam menjelaskan keberadaan bahan nuklir yang ditemukan di situs-situs yang tidak dideklarasikan.

Iran mengecam laporan tersebut sebagai tidak seimbang, dan menuding IAEA menggunakan dokumen palsu yang disediakan oleh Israel. Di tengah pembicaraan nuklir yang berada di titik krusial, belum jelas apakah pengumuman AS ini lebih bersifat sebagai sinyal politik atau benar-benar mencerminkan kekhawatiran keamanan.

Namun, Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, memperingatkan bahwa negaranya akan membalas serangan militer AS dengan menyerang pangkalan-pangkalan AS di kawasan jika pembicaraan gagal dan Presiden Trump memerintahkan serangan terhadap Republik Islam tersebut.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah menyetujui keberangkatan sukarela bagi keluarga personel militer Amerika di sejumlah negara Timur Tengah, termasuk Kuwait dan Bahrain.

Saat memberikan kesaksian di hadapan panel Kongres pada hari Rabu, Pentagon menyebut terdapat banyak indikasi bahwa Iran tengah bergerak menuju pengembangan senjata nuklir. Iran sendiri menyatakan bahwa program pengayaan uraniumnya semata-mata untuk tujuan energi sipil, dan bukan untuk membangun bom atom.

Organisasi Perdagangan Maritim Inggris, yang merupakan bagian dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris, juga mengeluarkan peringatan bahwa meningkatnya ketegangan militer di Timur Tengah dapat berdampak pada aktivitas pelayaran.

Harga minyak sempat naik lebih dari 4 persen setelah berita evakuasi dari AS tersebar, akibat kekhawatiran bahwa ketidakstabilan kawasan dapat mengganggu pasokan minyak. Saat ini, terdapat sekitar 2.500 tentara AS yang ditempatkan di Irak, menurut Departemen Pertahanan AS.

Pada Januari 2020, Iran pernah meluncurkan serangan misil ke pangkalan militer yang menampung pasukan AS di Irak sebagai balasan atas serangan drone AS yang menewaskan Jenderal Qasem Soleimani. Tidak ada korban jiwa dari pihak militer AS, namun puluhan tentara dilaporkan mengalami cedera otak traumatis akibat ledakan tersebut.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan