AS Akan Cabut Visa Pelajar Tiongkok, Apa Tanggapan Tiongkok dan Dampaknya?

KLIKWARTAKU – Beijing mengutuk tindakan pemerintahan Presiden Donald Trump akan mencabut visa pelajar Tiongkok di AS, menganggapnya “politis dan diskriminatif”. Tindakan pemerintah AS telah sangat merusak hak-hak mahasiswa Tiongkok dan merusak pertukaran budaya normal antara Washington dan Beijing.
“AS telah membatalkan visa pelajar Tiongkok secara tidak masuk akal dengan dalih ideologi dan hak nasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning pada Kamis 29 Mei 2025.
Mao menyebut Tiongkok dengan tegas menentang hal ini dan telah mengajukan keberatan kepada AS. Sebab praktik politik dan diskriminatif AS telah mengungkap kebohongan tentang apa yang disebut kebebasan dan keterbukaan yang selalu diiklankan AS.
“Tindakan tersebut telah semakin merusak citra internasional, citra nasional, dan kredibilitas nasional AS,” nilainya.
Selama tahun ajaran 2023-2024, ada 277.398 mahasiswa Tiongkok terdaftar di universitas-universitas AS. Jumlah ini merupakan 24,5 persen dari 1,13 juta mahasiswa internasional, menurut laporan tahunan Open Doors dari Institut Pendidikan Internasional (IIE) dan Departemen Luar Negeri AS.
Hanya mahasiswa dari India yang jumlahnya lebih banyak daripada mahasiswa dari Tiongkok. Tahun ajaran 2024-2024 adalah pertama kalinya India menggantikan Tiongkok di posisi teratas sejak 2009, menurut Open Doors.
Pada tahun 2023, Tiongkok menjadi negara asal utama mahasiswa internasional di Universitas Carnegie Mellon, yang mencakup 46,8 persen dari populasi mahasiswa internasional. Sedangkan di Universitas New York, mahasiswa Tiongkok merupakan lebih dari separuh mahasiswa internasional atau setara 51,6 persen.
Dengan demikian, Tiongkok merupakan negara asal mahasiswa internasional nomor satu di Universitas New York, yang mencakup 51,6 persen dari populasi mahasiswa internasional. Pada tahun akademik 2023-2024, universitas tersebut memiliki 14.072 mahasiswa Tiongkok dari 27.247 mahasiswa asing.
Sebuah laporan dari Duke University mengatakan bahwa lembaga tersebut memiliki 5.000 mahasiswa internasional pada tahun 2024, dan dua negara asal teratas adalah China dan India. Begitu pula, separuh dari populasi mahasiswa internasional di Universitas Northwestern berasal dari Tiongkok, berdasarkan pernyataan situs web lembaga tersebut.
Pada hari Kamis, setelah pengumuman Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio menyatakan pemerintahan Presiden Donald Trump akan “secara agresif” mencabut visa pelajar Tiongkok di negaranya, kelompok Pekerja Pascasarjana Universitas Northwestern menandatangani surat terbuka kepada universitas-universitas. Mereka mendesak untuk menolak permintaan komite kongres terkait mahasiswa Tiongkok.
Pasalnya, Universitas-universitas di AS meraup miliaran dolar dari biaya kuliah yang dibayarkan oleh mahasiswa internasional. Dengan demikian, para mahasiswa ini juga memberikan manfaat bagi ekonomi lokal.
Selama tahun ajaran 2023-2024, mahasiswa internasional yang belajar di perguruan tinggi dan universitas di AS menyumbang $43,8 miliar terhadap ekonomi AS dan mendukung lebih dari 378.000 pekerjaan, menurut data yang dirilis oleh organisasi nirlaba NAFSA: Asosiasi Pendidik Internasional.
Sedangkan rilis NAFSA pada November 2024 menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi ini merupakan jumlah tertinggi yang pernah dihitung oleh organisasi tersebut. Data NAFSA menyebutkan ada 1,1 juta mahasiswa internasional di AS, jadi rata-rata, seorang mahasiswa internasional menyumbang sekitar $39.800 terhadap ekonomi Amerika setiap tahunnya.
Maka dengan perhitungan itu, 277.398 pelajar Tiongkok di AS pada tahun 2023-2024 akan berkontribusi lebih dari $11 miliar terhadap ekonomi AS tahun itu. Tidak hanya itu, setelah lulus, mahasiswa internasional di AS ikut memberikan kontribusi terhadap Amerika. Di mana, berdasarkan analisis tahun 2022 oleh National Foundation for American Policy (NFAP) menemukan bahwa 55 persen dari semua perusahaan rintisan berbasis di AS yang bernilai lebih dari satu miliar dolar didirikan oleh imigran.
Bahkan sejak tahun 2000, lebih dari 50.000 sarjana PhD Tiongkok di bidang sains dan matematika telah tinggal di AS. Mereka melakukan penelitian ilmiah dan mendirikan perusahaan rintisan yang pada tahun 2022 memiliki nilai kolektif sebesar $100 miliar. Mereka termasuk 21 perusahaan bernilai miliaran dolar, yang juga disebut unicorn, berdasarkan keterangan NFAP.
Salah satu unicorn terkenal ini adalah Pony.ai, sebuah perusahaan teknologi kendaraan otonom yang didirikan pada tahun 2016 dan saat ini dinilai di bursa NASDAQ sebesar $6,4 miliar. Perusahaan ini diluncurkan oleh James Peng dan Lou Tiancheng, keduanya menempuh pendidikan sarjana di Universitas Tsinghua yang berbasis di Beijing. Salah satu pendirinya, Peng, meraih gelar doktor dari Universitas Stanford.
Perusahaan lainnya adalah pengecer grosir daring Asia Weee!, yang nilainya mencapai $4,1 miliar. Berdasarkan keterangan NFAP, Perusahaan ini didirikan oleh Larry Liu. Dia datang ke AS untuk memperoleh gelar master dalam administrasi bisnis dari Universitas California, Davis, setelah menyelesaikan gelar sarjananya di Tiongkok.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage