Afghan Ungkap Data Rahasia di Facebook, Kementerian Pertahanan Inggris Tawarkan Percepatan Relokasi
KLIKWARTAKU — Seorang warga Afghanistan berhasil mempercepat permohonan relokasinya ke Inggris setelah mempublikasikan sebagian data sensitif dari kebocoran informasi di Facebook, mengungkap celah besar dalam sistem keamanan dan penanganan program relokasi oleh Kementerian Pertahanan Inggris (MoD).
Pria tersebut awalnya membocorkan sembilan nama dari hampir 19.000 warga Afghanistan yang telah mengajukan relokasi ke Inggris di bawah skema Afghan Relocations and Assistance Policy (ARAP). Ia juga mengisyaratkan akan membocorkan seluruh daftar jika tidak ditanggapi.
Data tersebut bocor pada Februari 2022 akibat kesalahan internal di markas Pasukan Khusus Inggris (UKSF). Data itu kemudian beredar luas, termasuk ke individu-individu yang berada di Afghanistan, meningkatkan kekhawatiran akan aksi balas dendam oleh Taliban terhadap mereka yang pernah bekerja sama dengan pasukan Inggris.
Pemerintah Inggris kemudian melacak keberadaan pria itu dan meminta data tersebut dihapus. Sebagai gantinya, ia ditawari percepatan peninjauan ulang atas aplikasi relokasinya yang sebelumnya ditolak. Saat ini, pria tersebut telah berada di Inggris dan tidak menghadapi tuntutan hukum atas tindakannya.
Sumber dalam pemerintahan menyebutkan bahwa pria tersebut pada dasarnya memeras pemerintah Inggris untuk mendapatkan tempat tinggal di negara itu. Namun Kementerian Pertahanan menolak mengomentari kasus individu dan menegaskan setiap pemohon tetap harus melewati proses pemeriksaan keamanan yang ketat.
Mantan Menteri Urusan Veteran, Johnny Mercer, menyebut kasus ini mencerminkan kekacauan dalam penanganan relokasi warga Afghanistan setelah jatuhnya Kabul. Ia juga mengkritik sejumlah kebocoran data lain yang terjadi dalam proses yang sama.
“Ia memposting nama-nama di Facebook dan pada dasarnya menyuap Kementerian Pertahanan untuk masuk ke negara ini,” kata Mercer. “MoD menawarinya percepatan, dan tiba-tiba dia sudah ada di Inggris.”
Insiden ini kemudian memicu pembentukan program rahasia senilai £850 juta bernama Afghanistan Response Route, yang membawa lebih dari 4.500 warga Afghanistan ke Inggris sejak April 2024. Namun, pemerintah mengumumkan minggu ini bahwa skema darurat tersebut akan dihentikan, meskipun janji relokasi yang sudah diberikan tetap akan dihormati.
Kebocoran data yang sangat sensitif ini juga mengungkap fakta bahwa UKSF memiliki hak veto diam-diam terhadap aplikasi relokasi dari mantan anggota pasukan khusus Afghanistan. Beberapa di antara mereka, meskipun memiliki bukti kuat pernah bertugas bersama SAS dan SBS, ditolak aplikasinya.
Hingga kini, belum jelas apakah pejabat UKSF yang melakukan kesalahan dalam pengiriman data telah diberi sanksi. Namun, pejabat tersebut tidak lagi menduduki posisi yang sama.
Menteri Pertahanan John Healey mengakui kebocoran tersebut merupakan kesalahan departemen yang serius dan pelanggaran jelas terhadap protokol perlindungan data. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada semua pihak yang terdampak.
Putusan Pengadilan Tinggi Inggris menyebut kemungkinan beberapa individu yang melihat data di grup Facebook adalah penyusup Taliban atau orang yang berafiliasi dengan mereka.
Firma hukum Leigh Day, yang mewakili ratusan pemohon Arap termasuk mantan komando Afghanistan, menilai kebocoran ini sebagai kegagalan besar pemerintah dalam melindungi informasi pribadi warga rentan.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini