Tentara Kongo Tembak Jatuh Pesawat yang Diklaim Pemberontak Membawa Bantuan
KLIKWARTAKU — Militer Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) mengaku telah menargetkan dan menghancurkan sebuah pesawat yang menurut kelompok pemberontak membawa bantuan makanan ke wilayah Minembwe, dekat perbatasan dengan Rwanda dan Burundi.
Insiden ini menjadi kekerasan terbaru di wilayah timur RD Kongo, hanya beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata ditandatangani di Washington pekan lalu.
Menurut militer Kongo, pesawat tersebut terpantau oleh radar memasuki wilayah udara RD Kongo tanpa izin resmi dan tanpa nomor identifikasi. Karena itu, pihak militer menyatakan tidak punya pilihan selain mengambil langkah yang tepat.
Namun kelompok pemberontak yang berafiliasi dengan M23, yang telah menguasai sebagian besar wilayah timur Kongo tahun ini, membantah klaim tersebut.
Dalam pernyataan resmi, kelompok Twerwaneho yang menguasai Minembwe menuding tentara Kongo telah melakukan tindakan barbar dengan membom pesawat yang membawa jatah makanan dan pasokan penting termasuk obat-obatan untuk warga desa.
Pernyataan itu diterbitkan oleh aliansi pemberontak yang lebih besar, Congo River Alliance, yang menaungi M23 dan Twerwaneho. Mereka memperingatkan akan membalas serangan tersebut dengan langkah yang diperlukan demi melindungi warga sipil.
Belum ada verifikasi secara independen isi kargo pesawat tersebut atau asal keberangkatannya. Namun, gambar yang beredar di media sosial dan cocok dengan kondisi geografis Minembwe menunjukkan puing-puing pesawat sebagian besar telah hangus terbakar.
Saat ini, akses jalan darat menuju Minembwe yang dikuasai pemberontak telah diblokade oleh tentara Kongo dan pasukan Burundi. Sehingga satu-satunya jalur distribusi logistik ke wilayah tersebut hanya melalui udara.
Tidak ada pihak yang menyatakan bahwa pesawat tersebut berasal dari Rwanda. Namun, sejak Februari lalu, semua pesawat sipil dan militer asal Rwanda telah dilarang memasuki wilayah udara RD Kongo akibat tuduhan keterlibatan Rwanda dalam mendukung M23, tuduhan yang dibantah keras oleh pemerintah Kigali meski berbagai bukti lapangan mengindikasikan sebaliknya.
Konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun di wilayah timur Kongo semakin memburuk awal tahun ini setelah kelompok M23 merebut wilayah strategis seperti Goma, Bukavu, dan dua bandara utama.
Akibat ofensif tersebut, ribuan orang tewas dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Penghancuran pesawat ini menambah daftar kekerasan yang terjadi setelah perjanjian damai yang didorong Amerika Serikat. Namun, M23 sebagai aktor utama konflik tidak dilibatkan langsung dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut. Mereka lebih memilih jalur negosiasi terpisah yang dimediasi Qatar, yang dinilai lebih menyentuh akar persoalan konflik.
Baik RD Kongo maupun Rwanda sepakat dalam perjanjian itu untuk perlahan-lahan menghentikan dukungan terhadap kelompok bersenjata yang disebut sebagai proxy. Namun faktanya, puluhan kelompok bersenjata masih aktif dan tak semuanya tunduk pada perjanjian tersebut.
Meski Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pihak-pihak yang menandatangani perjanjian akan menjalankan isi kesepakatan, kondisi di lapangan khususnya di Provinsi Kivu Utara dan Selatan menunjukkan hal yang sebaliknya.
Lebih jauh lagi, perjanjian Washington tersebut tidak menyertakan mekanisme verifikasi yang jelas. Kedua negara hanya diberi waktu 30 hari untuk membentuk sistem pemantauan, yang hingga kini belum terlihat hasilnya.
Para analis menilai, meski kesepakatan damai ini berniat baik, namun belum membawa perubahan nyata di lapangan. Ketegangan masih tinggi dan konflik tetap mengancam kestabilan kawasan.
Insiden jatuhnya pesawat hari Senin ini menjadi bukti baru bahwa perdamaian abadi di wilayah timur Kongo masih jauh dari harapan.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage