Putin Ingin Seluruh Ukraina, Eropa Bangkit, Trump Ragu: Dunia Hadapi Titik Balik Perang
KLIKWARTAKU — Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin secara terang-terangan menyatakan ambisinya untuk menguasai seluruh Ukraina, Eropa justru bergerak semakin cepat. Memperkuat bantuan militer, memperluas anggaran pertahanan, dan memperingatkan dunia akan bahaya ekspansi Moskow yang tak kunjung reda.
Di sisi lain, mantan Presiden AS Donald Trump masih bersikap ambigu menawarkan janji samar dan mengatakan ia akan mencoba menjual pencegat rudal Patriot kepada Ukraina.
Dunia kini berada di persimpangan tajam: antara menyerah pada kehendak agresi atau memperkuat barisan untuk menahannya.
Ambisi Putin: Ukraina Milik Rusia
Dalam pidato kontroversial saat pembukaan Forum Ekonomi Internasional di Saint Petersburg pada 20 Juni, Putin tak lagi menyamarkan niatnya. “Seluruh Ukraina adalah milik kita,” katanya. “Di mana tentara Rusia melangkah, itu milik kami.”
Pernyataan ini mempertegas bahwa invasi bukan sekadar operasi militer terbatas, tapi bagian dari strategi imperialis jangka panjang. Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, langsung menanggapi: “Di mana pun tentara Rusia melangkah, ia hanya membawa kematian dan kehancuran.”
Presiden Volodymyr Zelenskyy memperingatkan dunia bahwa Ukraina bukan tujuan akhir Putin. Ia menyebut nama-nama seperti Belarus, Baltik, Moldova, hingga Kazakhstan sebagai wilayah incaran berikutnya.
Eropa Bangkit Saat AS Bimbang
Sementara dukungan Amerika Serikat di bawah Trump tampak menurun, Eropa mengambil langkah strategis. NATO mencatat bahwa bantuan militer dari Eropa dan Kanada tahun ini sudah mencapai $35–40 miliar, bahkan sebelum pertengahan tahun.
Jerman mengumumkan lonjakan anggaran pertahanan menjadi 5 persen dari PDB pada 2035, termasuk 1,5 persen untuk kesiapsiagaan sipil dan infrastruktur keamanan. Langkah yang disebut Kanselir Friedrich Merz sebagai jawaban atas ancaman eksistensial Rusia.
“Kami terlalu lama mengabaikan peringatan dari negara-negara Baltik. Sekarang saatnya bertindak,” tegas Merz.
Sementara itu, dalam pertemuan NATO di Den Haag, Zelenskyy kembali meminta sistem Patriot. Trump hanya menjawab, “Kita lihat nanti. Kita juga butuh itu, dan kami sudah mengirimkannya ke Israel.”
Medan Tempur: Darat Membeku, Udara Membara
Pertempuran di garis depan masih berjalan intens. 695.000 tentara Rusia kini aktif di Ukraina, menurut Zelenskyy, dengan 52.000 lainnya mencoba membuka front baru di Sumy. Namun medan tempur menunjukkan stagnasi. “Mereka maju 200 meter, kami mendorong mundur 400 meter,” kata Zelenskyy.
Namun teror udara Rusia terus menebar maut. 19 Juni: Serangan rudal di Kyiv menewaskan 30 orang dan melukai 172 lainnya. 24 Juni: Pesawat nirawak menyerang Odesa dan Kharkiv, melukai tim penyelamat dan menghancurkan gedung. 25 Juni: Di Dnipropetrovsk, 20 tewas dan hampir 300 luka-luka dalam serangan pesawat tanpa awak Rusia.
“Tidak ada nilai militer dari serangan ini. Ini hanya teror murni,” ujar Zelenskyy, sambil menyoroti bahwa beberapa rudal berasal dari Korea Utara, menandakan semakin luasnya jaringan militer Rusia.
Trump Ragu, Dunia Menunggu
Dalam konferensi pers NATO, Trump mulai menunjukkan kekecewaannya terhadap Putin. “Saya pikir kita bisa menyelesaikannya dengan mudah. Tapi ternyata saya salah. Putin harus menghentikan perang ini.”
Meski begitu, tidak ada kepastian soal bantuan nyata dari Amerika, termasuk sistem pertahanan udara Patriot yang sangat dibutuhkan Kyiv.
Perang Mendekati Titik Kritis
Dengan Ukraina yang menghadapi tekanan dari 750.000 pasukan Rusia, dunia kini menunggu keputusan-keputusan besar dari para pemimpin global.
Apakah ini saatnya menghadang ambisi imperialis Putin? Ataukah keraguan dan kompromi akan menyeret dunia ke era perang dingin baru atau bahkan sesuatu yang lebih buruk?
Ukraina masih bertahan. Tapi waktu terus berjalan.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage