klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Saat yang Lain Panik dan Exit, Bank BUMN Tawarkan Dividen Gede

Saat yang Lain Panik dan Exit, Bank BUMN Tawarkan Dividen Gede

 

KLIK WARTAKU – Saham-saham perbankan pelat merah sedang lesu. Dalam satu bulan terakhir, harga saham Bank Mandiri ($BMRI), BRI ($BBRI), dan BNI ($BBNI) masing-masing turun hingga nyaris 10 persen.

Namun di balik tekanan harga, justru muncul peluang menarik: potensi dividend yield di atas 7 persen.

Penurunan ini terjadi setelah ketiga saham tersebut sempat rebound dari level terendah pada akhir Maret lalu.

Koreksi yang cukup tajam membuka ruang akumulasi bagi investor yang berburu pendapatan pasif lewat dividen.

Menurut analis investasi Stockbit, Edi Chandren, potensi dividend yield minimum dari ketiga bank tersebut bisa mencapai 7 persen, bahkan lebih.

Hal itu tergantung skenario pertumbuhan laba dan kebijakan pembagian dividen masing-masing bank.

Meski diperkirakan dividend payout ratio ke depan tak setinggi 2024, levelnya diproyeksikan tetap lebih tinggi dari 2023.

Dua faktor menjadi pertimbangan utama bank-bank ini untuk menyesuaikan dividend payout: kebutuhan ekspansi modal, serta pendanaan untuk BPI Danantara, perusahaan investasi negara yang baru didirikan pada awal 2025.

Di sisi lain, ekspektasi laba bersih tahun ini dan tahun depan dari konsensus analis juga memberikan panduan arah. BMRI diproyeksi tumbuh 0,3 persen tahun ini dan 7,7 persen pada 2026.

BBRI justru minus 2,8 persen pada 2025, namun rebound hingga 10,3 persen di 2026. BBNI mencatatkan estimasi pertumbuhan laba 4,3 persen tahun ini dan 8,6 persen tahun depan.

Dengan valuasi yang mulai turun dan potensi yield menarik, saham bank BUMN dinilai kembali atraktif.

Meski belum menjanjikan capital gain jangka pendek, mereka tetap menjadi pilihan investor konservatif yang mengutamakan cashflow lewat dividen rutin.

“Timing masuknya harus hati-hati, tapi peluang yield 7 persen di saham sekelas BBRI atau BMRI tidak datang setiap tahun,” ujar Edi.

Pasar saat ini mencermati sinyal suku bunga, perlambatan kredit UMKM, dan tekanan margin sebagai alasan koreksi harga. Tapi bagi investor dengan horizon jangka menengah, tekanan ini justru bisa menjadi pintu masuk.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan