Harga Minyak Meroket di Tengah Rencana Serangan AS ke Iran
KLIK WARTAKU – Harga minyak mentah global melonjak tajam pada Kamis, 19 Juni 2025, terdorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran, yang memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan energi global.
Minyak Brent ditutup menguat hampir 2,8% ke level USD 78,85 per barel, sementara WTI crude kontrak Juli menanjak hingga USD 77,20 per barel, mencatat level tertinggi dalam lebih dari lima bulan terakhir.
Lonjakan ini terjadi di tengah kabar yang beredar luas di pasar bahwa militer Israel telah melakukan serangan udara ke fasilitas strategis milik Iran, dan bahwa Amerika Serikat tengah mempertimbangkan aksi militer terbatas sebagai tanggapan atas eskalasi tersebut.
Spekulasi keterlibatan AS secara langsung memperkuat sentimen risk-off di pasar global dan mendorong investor kembali memburu aset lindung nilai seperti emas, dolar AS, dan minyak mentah.
Pasar energi juga mulai memperhitungkan risiko ekstrem: gangguan pasokan di Selat Hormuz, jalur vital yang dilalui hampir 20% pasokan minyak dunia.
Laporan dari JPMorgan bahkan menyebut bahwa jika skenario terburuk berupa penutupan selat tersebut benar-benar terjadi, harga minyak global bisa melonjak drastis menuju level USD 120 hingga 130 per barel, mengulang gejolak yang terakhir kali terlihat pada awal 2022.
Kenaikan harga minyak kali ini diperparah oleh volume perdagangan yang relatif tipis, mengingat pasar keuangan AS sedang tutup untuk memperingati libur Juneteenth.
Kondisi tersebut membuat reaksi pasar terhadap berita geopolitik menjadi lebih volatil, dengan sedikit penyeimbang dari data fundamental atau aktivitas perdagangan normal.
Meskipun belum ada dampak langsung terhadap suplai minyak global, investor dan pelaku pasar kini berada dalam mode siaga penuh, memperhatikan setiap pernyataan dari Tel Aviv, Teheran, dan Washington.
Jika ketegangan terus meningkat tanpa adanya jalur diplomasi yang konkret, reli harga minyak diperkirakan akan berlanjut dan menjadi salah satu katalis inflasi baru bagi banyak negara importir energi, termasuk Indonesia.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage