Kayu Lapis RI Terancam Tarif 85% dari AS, Kemendag Turun Tangan
KLIK WARTAKU – Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan siap mendampingi penuh para pelaku usaha nasional dalam menghadapi penyelidikan antidumping dan antisubsidi yang diluncurkan oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat (USDOC) terhadap ekspor kayu lapis dari kayu keras dan dekoratif asal Indonesia.
Penyelidikan ini resmi dimulai pada 11 Juni 2025 dan dipandang sebagai tantangan besar bagi salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia di sektor kehutanan.
“Kayu lapis dari kayu keras dan dekoratif adalah salah satu produk andalan ekspor Indonesia ke AS. Kami akan memberikan pendampingan hukum, teknis, hingga penyusunan kuesioner kepada para pelaku usaha,” tegas Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Isy Karim, dalam pernyataannya.
Investigasi ini tak hanya menyasar Indonesia, tetapi juga Tiongkok dan Vietnam, berdasarkan petisi yang diajukan oleh koalisi industri kayu Amerika, Coalition for Fair Trade in Hardwood and Plywood (CFTHP), pada 22 Mei lalu.
USDOC mengkaji 204 pos tarif dalam Harmonized Tariff Schedule of the United States (HTS-US), termasuk berbagai produk kayu lapis dan panel veneer, yang dapat berkembang tergantung hasil penyelidikan.
Margin dumping yang diperkirakan dikenakan terhadap Indonesia mencapai 84,94%, di samping 12 program yang dicurigai sebagai subsidi ekspor. Yang menarik, sebagian program tersebut merupakan subsidi dari Pemerintah Tiongkok, yang untuk pertama kalinya digolongkan sebagai subsidi transnasional oleh otoritas AS.
Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag, Reza Pahlevi Chairul, menegaskan bahwa kementeriannya akan terus berkoordinasi dengan instansi pemerintah, asosiasi, dan perusahaan terdampak. “Sinergi semua pemangku kepentingan sangat penting untuk menjaga akses pasar kita di AS tetap terbuka,” ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO), Bambang Soepijanto, mengapresiasi langkah cepat pemerintah. “Dukungan sejak awal, bahkan sejak tahap pra-inisiasi, sangat membantu.
Sepertiga produksi kayu lapis dari kayu keras dan dekoratif Indonesia ditujukan ke pasar AS, jadi keberhasilan menghadapi kasus ini sangat krusial,” katanya.
Data menunjukkan, ekspor kayu lapis Indonesia ke AS sempat menurun dari USD 570,39 juta pada 2022 menjadi USD 337,13 juta di 2023, sebelum kembali naik menjadi USD 410,96 juta pada 2024.
Penyelidikan ini dikhawatirkan akan menekan angka ekspor di tahun berjalan apabila tidak diantisipasi dengan pembelaan yang kuat dan strategi diplomatik yang tepat.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage