klikwartaku.com
Beranda Ekonomi The Fed Tahan Suku Bunga, Ekonomi Dunia Kian Tak Pasti

The Fed Tahan Suku Bunga, Ekonomi Dunia Kian Tak Pasti

Ilustrasi The Fed

KLIK WARTAKU – Federal Reserve Amerika Serikat kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 18 Juni 2025, namun pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang bernada hawkish langsung mengguncang pasar keuangan global.

Suku bunga tetap berada di kisaran 4,25% hingga 4,50%, seperti yang telah diperkirakan mayoritas pelaku pasar, namun proyeksi ekonomi terbaru dan sikap kebijakan yang lebih hati-hati dari The Fed memberi sinyal bahwa era suku bunga tinggi mungkin bertahan lebih lama dari yang sebelumnya diasumsikan.

Dalam konferensi pers pasca rapat, Powell menegaskan bahwa meskipun inflasi secara bertahap melambat, jalur menuju target 2% masih panjang dan penuh ketidakpastian.

Ia menyatakan bahwa tekanan harga masih bersifat persisten, terutama di sektor jasa dan barang-barang konsumen, yang kemungkinan akan makin tertekan akibat kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan pemerintah.

Hal ini diperparah dengan eskalasi tensi geopolitik serta tekanan fiskal domestik yang dapat mempersulit pelonggaran moneter di waktu dekat.

Proyeksi terbaru dari para anggota FOMC menunjukkan kemungkinan hanya dua kali pemangkasan suku bunga pada semester II tahun ini. Angka itu lebih sedikit dibanding ekspektasi awal tiga hingga empat kali pemangkasan.

Bahkan, beberapa anggota komite mengisyaratkan bahwa pemangkasan mungkin ditunda ke 2026 apabila data inflasi tidak menunjukkan perbaikan signifikan.

Pasar keuangan bereaksi secara hati-hati. Imbal hasil obligasi AS naik tipis, sementara indeks saham menunjukkan kinerja campuran. Nasdaq menguat terbantu oleh saham-saham teknologi besar, sementara Dow Jones ditutup melemah karena kekhawatiran akan biaya pinjaman tinggi yang berkepanjangan.

Di Asia, pasar valuta merespons dengan depresiasi terhadap dolar. Rupiah melemah hingga ke level Rp16.352 per dolar AS, menandakan sentimen risk-off dari investor global terhadap aset emerging market.

Kondisi ini menempatkan Bank Indonesia dalam posisi sulit menjelang Rapat Dewan Gubernur berikutnya. Dengan tekanan terhadap rupiah dan ketidakpastian kebijakan The Fed yang masih tinggi, ruang untuk pelonggaran moneter domestik semakin menyempit. Para analis memprediksi bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level tinggi guna menjaga stabilitas nilai tukar dan menarik aliran modal asing.

Keputusan The Fed kali ini menegaskan bahwa meskipun resesi teknikal dapat dihindari, risiko stagflasi masih menghantui perekonomian global.

Investor kini harus bersiap menghadapi kemungkinan bahwa suku bunga tinggi bukanlah kebijakan darurat jangka pendek, melainkan realitas baru yang harus diantisipasi lebih lama dari yang diperkirakan.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan