Ketika Kredit Terlalu Longgar: Mengingat Kembali Krisis Perumahan AS 2008 yang Membuat Ekonomi Dunia Terpuruk
KLIK WARTAKU – Lebih dari satu dekade berlalu, krisis perumahan Amerika Serikat yang terjadi pada 2008–2009 masih menjadi salah satu titik balik paling kelam dalam sejarah ekonomi modern.
Krisis ini bermula dari meledaknya gelembung properti yang dipicu oleh maraknya praktik kredit perumahan subprime, yakni pinjaman yang diberikan kepada konsumen berisiko tinggi tanpa agunan kuat dan tanpa kemampuan membayar yang layak.
Pada awal dekade 2000-an, sektor properti AS mengalami ledakan besar-besaran. Bank dan lembaga keuangan agresif menawarkan pinjaman dengan bunga rendah, bahkan kepada mereka yang sebelumnya tidak memenuhi syarat kredit.
Instrumen keuangan kompleks seperti mortgage-backed securities (MBS) dan collateralized debt obligations (CDO) yang berbasis pada utang-utang perumahan subprime dijual secara luas di pasar global.
Imbal hasil tinggi dari produk ini membuat investor tergiur, tanpa menyadari bahwa di baliknya tersembunyi risiko besar.
Ketika suku bunga mulai naik dan harga rumah mulai stagnan, para peminjam mulai gagal membayar cicilan.
Ini memicu gelombang gagal bayar yang menjalar ke seluruh sistem keuangan. Nilai MBS dan CDO anjlok drastis, mengakibatkan kerugian besar bagi bank dan investor di seluruh dunia.
Bank raksasa seperti Lehman Brothers bangkrut pada September 2008, dan sejumlah institusi keuangan lainnya seperti Bear Stearns dan AIG berada di ambang kolaps.
Krisis ini tidak hanya mengguncang pasar keuangan, tetapi juga memicu resesi global yang parah.
Jutaan orang kehilangan pekerjaan, rumah, dan tabungan pensiun. Pemerintah AS pun terpaksa menggelontorkan paket bailout ratusan miliar dolar untuk menyelamatkan sistem keuangan melalui program seperti TARP (Troubled Asset Relief Program).
Dampak krisis ini masih dirasakan hingga bertahun-tahun kemudian. Regulasi keuangan diperketat lewat undang-undang seperti Dodd-Frank Act, yang bertujuan meningkatkan pengawasan terhadap lembaga keuangan dan mencegah krisis serupa di masa depan.
Di sisi lain, kepercayaan publik terhadap sektor perbankan mengalami pukulan besar.
Kini, setiap gejolak di sektor properti atau keuangan selalu mengingatkan dunia pada 2008, sebuah peringatan keras bahwa ketamakan, regulasi lemah, dan pengabaian risiko bisa mengguncang ekonomi global secara sistemik.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage