klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Trump & Starmer Akhirnya Sepakat: Tarif Mobil dan Dirgantara Dipangkas

Trump & Starmer Akhirnya Sepakat: Tarif Mobil dan Dirgantara Dipangkas

Ilustrasi wajah Donald Trump. (Dibuat menggunakan Google Gemini)

 

KLIK WARTAKU – Perkembangan terbaru perang dagang global pada 16 Juni 2025 mencerminkan dua wajah kebijakan ekonomi dunia: eskalasi tarif yang agresif dan upaya diplomatik yang masih bernapas.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump melanjutkan strategi tarif ultra-proteksionis sejak awal Juni, dengan lonjakan bea masuk logam dan pengenaan tarif hingga 50 persen untuk mobil dan suku cadang.

Kebijakan ini memperkeruh hubungan perdagangan AS dengan mitra utamanya seperti Uni Eropa dan China, dan telah memicu praktik “tariff stacking”, sebuah lapisan-lapisan tarif yang menumpuk dan mendorong biaya impor naik signifikan. Akibatnya, perusahaan domestik AS, terutama manufaktur berbasis impor, mengalami tekanan biaya yang tidak ringan.

Di tengah ketegangan itu, sebuah kabar positif datang dari poros Atlantik. Presiden Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan kesepakatan pengurangan tarif bilateral yang mencakup sektor otomotif dan dirgantara.

Hal ini menjadi sinyal bahwa pintu negosiasi masih terbuka, meskipun AS tetap mempertahankan sikap keras terhadap mitra dagang lain. Kesepakatan ini juga dinilai sebagai langkah strategis untuk meredakan tekanan di sektor industri utama kedua negara dan menjaga sentimen pasar tetap stabil.

Sementara itu, hubungan dagang antara AS dan China berada dalam masa gencatan senjata 90 hari sejak Mei lalu. Meski belum menghasilkan kesepakatan final, kedua pihak dikabarkan terus melakukan pembicaraan teknis untuk mencegah lonjakan tarif lanjutan.

Kondisi ini menciptakan ruang bagi investor global untuk bernapas sejenak, sekaligus menjadi celah bagi pelaku usaha untuk menyusun ulang strategi rantai pasok.

Dampak dari eskalasi tarif justru mulai terasa di negara ketiga. Salah satu indikatornya adalah lonjakan 22 persen impor China ke Kanada pada semester pertama 2025.

Angka ini mencerminkan pergeseran rute dagang, di mana produsen China mencari pelabuhan alternatif untuk menghindari tarif tinggi AS, sekaligus mempertahankan akses ke pasar Amerika Utara.

Dari sisi makroekonomi, Federal Reserve dilaporkan sedang menyiapkan proyeksi pemulihan ekonomi berbentuk U, menimbang dampak panjang dari tensi perdagangan, gangguan geopolitik, serta pelemahan konsumsi domestik.

Dengan tekanan harga dari tarif dan ketidakpastian global yang tinggi, bank sentral diperkirakan akan menahan suku bunga dalam waktu dekat sambil mencermati stabilitas sektor riil.

Secara keseluruhan, 16 Juni menandai momen kritis dalam dinamika perang dagang global. Kebijakan tarif Trump menciptakan tekanan sistemik terhadap inflasi dan arus perdagangan, namun perkembangan diplomatik seperti kesepakatan dengan Inggris dan jeda negosiasi dengan China menawarkan sedikit harapan.

Tantangan terbesar ke depan adalah apakah momentum ini dapat dimanfaatkan untuk mencapai penyelesaian permanen sebelum siklus konflik berikutnya dimulai.

Bagi pelaku pasar dan pembuat kebijakan, situasi ini menuntut fleksibilitas tinggi. Strategi jangka pendek perlu mempertimbangkan risiko tarif lanjutan, dampak terhadap rantai pasok global, dan peluang dari pergeseran mitra dagang. Di saat yang sama, jeda diplomatik harus dimaksimalkan untuk menekan ketegangan yang bisa merugikan seluruh ekonomi dunia.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan