klikwartaku.com
Beranda Internasional Warisan Konflik Panjang Anak-Anak Pembunuh Bayaran di Era Escobar

Warisan Konflik Panjang Anak-Anak Pembunuh Bayaran di Era Escobar

Ilustrasi senjata api jenis revolver biasa digunakan pembunuh bayaran yang merekrut anak-anak

KLIKWARTAKU – Puluhan tahun konflik bersenjata dan kejahatan terorganisir telah menjadikan ribuan anak di Kolombia sebagai korban kekerasan. Pada 1980-an, Pablo Escobar dikenal merekrut anak-anak untuk menjalankan misi pembunuhan, yang disebut sebagai praktik “Los suizos” misi bunuh diri oleh anak muda.

Salah satu pembunuh bayaran paling terkenal adalah John Jairo Arias Tascón, atau ‘Pinina’, yang mulai menjadi pembunuh pada usia sekitar 15 tahun. Pinina terlibat dalam pembunuhan Menteri Kehakiman Rodrigo Lara Bonilla (1984), peledakan pesawat Avianca (1989), serta sejumlah pembunuhan terhadap politisi, jurnalis, warga sipil, dan musuh Escobar. Dia tewas dalam baku tembak dengan polisi pada 1990, di usia 29 tahun.

Pada 22 Maret 1990, Andrés Arturo Gutiérrez Maya (14 tahun) menembak mati calon presiden Bernardo Jaramillo Ossa di Bandara El Dorado, Bogotá. Pelaku pembunuhan calon presiden Carlos Pizarro Leongomez juga diyakini masih sangat muda bernama Gerardo Gutiérrez alias “Yerry”.

Meski sempat dikaitkan dengan Escobar, belakangan Carlos Castaño, pemimpin pasukan paramiliter, mengaku melatih dan memerintahkan pembunuhan itu bersama pejabat pemerintah yang korup. Hingga kini, pembunuhan Pizarro masih belum sepenuhnya terungkap.

Sebagian besar anak yang direkrut berasal dari daerah miskin, baik di kota maupun pedesaan terpencil, di mana kehadiran negara sangat minim. Di wilayah perkotaan, anak-anak cenderung direkrut secara sukarela demi memperbaiki ekonomi, sedangkan di desa, mereka kerap dipaksa, bahkan keluarga mereka turut diintimidasi.

“Mereka dianggap tenaga kerja murah dan mudah digantikan. Karena mudah dibentuk, mereka sering ditugaskan melakukan kekejaman, seperti mutilasi,” ujar Max Yuri, Direktur Institut Studi Politik di Universitas Antioquia.

Di kota, anak-anak juga sering digunakan sebagai kurir senjata dan narkoba, pemeras, pembunuh bayaran, dan pelaku pembunuhan. Menurut pengadilan perdamaian Kolombia, lebih dari 18.000 anak direkrut oleh gerilyawan FARC antara 1996 dan 2016, sebelum perjanjian damai ditandatangani.

Namun konflik bersenjata dengan kelompok lain masih terus berlanjut, dan kebutuhan akan anak-anak pembunuh belum berkurang. Kini, metode perekrutan juga makin canggih. Pada Juni 2024, dilaporkan bahwa kelompok bersenjata mulai memanfaatkan TikTok untuk menjangkau anak-anak di wilayah terpencil.

Koran media local setempat mengungkap bahwa 1.953 anak dilaporkan hilang pada 2024, dan lebih dari separuh belum ditemukan. Banyak yang diduga menjadi korban perekrutan paksa. Daerah dengan angka perekrutan tertinggi antara lain Cauca, Putumayo, dan Lembah Cauca yang semuanya adalah wilayah penghasil tanaman koka dan rawan konflik.

Jorge Mantilla, pakar keamanan, menyebut bahwa angka perekrutan anak bahkan melonjak hingga 1.200 persen dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh kemiskinan pascapandemi dan meluasnya wilayah kekuasaan kelompok bersenjata.

“Perekrutan anak terjadi karena banyaknya anak yang terlantar, tidak terlindungi, dan termarjinalkan, serta celah hukum dalam sistem peradilan Kolombia,” kata Mantilla.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan