klikwartaku.com
Beranda Internasional Ketika Jurassic Park Ubah Dinosaurus Jadi Bintang Film: Mereka Punah, Apakah Kita Berikutnya?

Ketika Jurassic Park Ubah Dinosaurus Jadi Bintang Film: Mereka Punah, Apakah Kita Berikutnya?

Ilustrasi momen paling ikonik dalam Jurassic Park karya Steven Spielberg

KLIKWARTAKU – Pada Juni 1993, adaptasi novel Michael Crichton oleh Steven Spielberg menghadirkan kembali monster-monster prasejarah ke layar lebar. Crichton pernah berbicara tentang mengapa dinosaurus terus memikat imajinasi manusia.

Salah satu momen paling ikonik dalam Jurassic Park karya Spielberg menampilkan dua ilmuwan (diperankan oleh Sam Neill dan Laura Dern) terpana melihat seekor Brachiosaurus yang menjulang tinggi. Itu adalah kali pertama para karakter, dan juga penonton, menyaksikan raksasa purba itu dalam kejayaan sinematiknya. Diiringi overture ikonik karya John Williams, ekspresi keajaiban kekanak-kanakan menyelimuti wajah mereka, dan sejak film itu tayang perdana pada 9 Juni 1993, penonton di seluruh dunia ikut merasakan hal serupa.

Waralaba Jurassic Park kini mencakup serial animasi, komik, video game, dan tujuh film utama termasuk yang terbaru, Jurassic World: Rebirth, yang akan dirilis Juli ini. Tapi semuanya berawal dari novel laris Michael Crichton yang diterbitkan tahun 1990.

Saat menulis novel tersebut, Crichton mengunjungi sebuah museum di Inggris yang menampilkan video tentang dinosaurus. “Anak laki-laki dan perempuan usia tiga tahun akan berteriak, ‘Stegosaurus!’ atau ‘Tyrannosaurus!’ saat mereka muncul,” katanya menirukan. “Kamu tak akan menyangka mereka bisa mengucapkan nama-nama itu, tapi mereka bisa,” ungkapnya lagi.

Sejak penemuan fosil dinosaurus pertama dua abad lalu (dan penamaan ilmiah pertama untuk Megalosaurus pada 1824) fascinasi manusia terhadap makhluk-makhluk raksasa ini tak pernah benar-benar padam. “Setiap era memiliki cara tersendiri dalam memandang dinosaurus, bukan hanya dari sisi sains, tapi juga budaya,” kata Crichton.

Pada 1854, beberapa model dinosaurus seukuran nyata yang dipahat oleh Benjamin Waterhouse Hawkins dipajang di Crystal Palace Park, London. Menurut Crichton, saat itu fokus masyarakat bergeser dari rasa ingin tahu ilmiah ke perdebatan religius tentang evolusi, menempatkan dinosaurus sebagai bukti atau bantahan terhadap teori Darwin.

Namun ketika Crichton menulis Jurassic Park, pandangan kita terhadap dinosaurus telah berubah. Hewan-hewan tambun karya Hawkins telah digantikan oleh citra dinosaurus yang cepat, lincah, dan menyerupai burung. Lebih jauh lagi, isu kepunahan mereka menjadi topik filosofis yang menggugah. “Saat kita melihat dinosaurus, kita bertanya: mereka sudah punah – apakah kita berikutnya?” ujar Crichton.

Sebelum Jurassic Park, dinosaurus sudah lama menghiasi layar lebar. Film animasi Gertie the Dinosaur (1914) adalah kemunculan perdana dinosaurus dalam film. Lalu The Lost World (1925) menghadirkan dinosaurus hasil teknik stop-motion oleh Willis O’Brien, yang kemudian menghidupkan monster dalam King Kong (1933). Karya ini menginspirasi animator legendaris Ray Harryhausen untuk menciptakan makhluk hybrid dinosaurus dalam 20,000 Fathoms (1953) dan film ikonis lainnya One Million Years B.C. (1966).

“Banyak yang mengkritik bahwa manusia, apalagi manusia gua, tak hidup di zaman yang sama dengan dinosaurus,” kata Harryhausen. “Tapi itu adalah kebebasan artistik dalam sinema, tak ada drama kalau tak ada manusia yang berhadapan langsung dengan dinosaurus.”

Film Jurassic Park, dengan skenario yang ditulis bersama oleh Crichton, menyatukan manusia dan dinosaurus secara paling meyakinkan hingga saat itu. Spielberg memadukan efek CGI revolusioner dengan animatronik praktis, menciptakan kisah peringatan tentang perusahaan yang berhasil menghidupkan kembali spesies yang telah punah.

CEO perusahaan itu, John Hammond (diperankan Richard Attenborough), ingin membuka taman hiburan berisi dinosaurus di sebuah pulau di lepas pantai Kosta Rika. Tapi ketika para dinosaurus lolos, para ilmuwan harus menghadapi konsekuensi mengerikan dari ambisi ilmiah tersebut.

Film ini menjadi hit terbesar musim panas 1993, meraup $357 juta di AS dan $914 juta secara global. Ia memecahkan rekor box office dan menjadi film terlaris sepanjang masa pada saat itu. Variety dalam ulasannya menyebut, “Jurassic Park menghadirkan ketegangan, kejutan, dan visual luar biasa dari reptil purba raksasa.” Pada 2018, film ini dimasukkan ke dalam National Film Registry karena dinilai signifikan secara budaya, historis, dan estetis.

Meskipun tak ada sekuel atau spin-off yang mencapai pengaruh serupa, semua filmnya tetap menjadi hit berskala Brachiosaurus. Spielberg menyutradarai The Lost World (1997), diikuti Jurassic Park III (2001) oleh Joe Johnston. Setelah jeda panjang, Jurassic World (2015) hadir dan memulai trilogi baru, bahkan sempat menjadi film ketiga terlaris sepanjang masa. Yah, Dinosaurus masih memicu rasa kagum kekanak-kanakan. Selama itu terus terjadi, waralaba Jurassic Park tidak akan pernah benar-benar punah.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan