klikwartaku.com
Beranda Internasional Ribuan Pekerja Afrika Terancam Kehilangan Pekerjaan, Kesepakatan Dagang AS-Afrika (AGOA) Segera Berakhir

Ribuan Pekerja Afrika Terancam Kehilangan Pekerjaan, Kesepakatan Dagang AS-Afrika (AGOA) Segera Berakhir

Masa depan ribuan pekerja Afrika terancam setelah kesepakatan dagang bebas bea AGOA antara AS dan Afrika akan segera berakhir. Foto: Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English

KLIKWARTAKU — Ribuan pekerja di Afrika kini berada dalam ketidakpastian setelah African Growth and Opportunity Act (AGOA), kesepakatan dagang yang memberi akses bebas bea untuk ribuan produk Afrika ke pasar Amerika Serikat, dipastikan akan segera berakhir.

Sejak diberlakukan 25 tahun lalu, AGOA menjadi pilar penting hubungan ekonomi AS-Afrika. Kebijakan ini membuka peluang industri, menciptakan lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan negara-negara Afrika terhadap bantuan luar negeri.

Namun, jika tidak diperpanjang, masa depan ribuan pekerja terancam, termasuk mereka yang bekerja di sektor tekstil Kenya dan Lesotho.

Di Nairobi, pabrik garmen Shona EPZ yang mengekspor pakaian olahraga ke AS kini menghadapi penurunan produksi akibat ketidakpastian kelanjutan AGOA. Direktur pabrik, Isaac Maluki, mengungkapkan produksi bulanan yang biasanya mencapai hampir setengah juta potong pakaian kini turun sepertiga.

“Jika AGOA tidak diperpanjang, kami terpaksa mengurangi tenaga kerja atau bahkan menutup pabrik,” ujarnya.

Bagi pekerja seperti Joan Wambui (29), kelanjutan AGOA sangat berarti. Ia menggantungkan hidupnya dari pekerjaan di Shona EPZ untuk membiayai anak, adik-adiknya, serta ibunya. “Kalau AGOA berakhir, ke mana kami harus pergi? Mencari pekerjaan di Kenya sangat sulit,” ucapnya.

Menurut data Kenya Private Sector Alliance, pada 2024 Kenya mengekspor tekstil senilai 470 juta dolar AS ke Amerika, menopang lebih dari 66 ribu lapangan kerja langsung—tiga perempatnya diisi oleh perempuan.

Ketidakpastian AGOA juga berdampak pada investasi jangka panjang. Shona EPZ telah menanamkan modal 10 juta dolar AS (Rp155 miliar) dalam tujuh tahun terakhir. “Jika AGOA tidak diperpanjang, investasi itu bisa sia-sia,” kata Maluki.

Saat ini, lebih dari 30 negara Afrika memanfaatkan AGOA untuk mengekspor lebih dari 6.000 produk ke AS, mulai dari tekstil hingga produk pertanian. Namun, kebijakan tarif baru di bawah pemerintahan Donald Trump memperburuk situasi, dengan tambahan bea masuk 10 persen pada produk tekstil Kenya.

Pemimpin Afrika, termasuk Presiden Kenya William Ruto dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, terus melobi Washington agar AGOA diperpanjang minimal lima tahun. Ruto bahkan menyebut Kenya siap menandatangani kesepakatan bilateral dengan AS pada akhir tahun ini, sembari mendorong perpanjangan AGOA sebagai mekanisme transisi.

Sementara itu, pakar perdagangan Teniola Tayo menilai Afrika perlu menegosiasikan ulang strategi dagangnya. “Afrika harus tahu apa yang ingin ditawarkan ke AS sebagai timbal balik akses pasar,” ujarnya. Ia juga mendorong negara-negara Afrika memanfaatkan kawasan perdagangan bebas benua untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

Namun bagi para pekerja pabrik seperti Wambui, diplomasi dan negosiasi perdagangan terasa jauh dari realitas sehari-hari. “Kami punya ide dan semangat untuk berkontribusi. Yang kami butuhkan hanyalah dukungan agar bisa menunjukkan potensi kami,” katanya penuh harap.***

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan