Tips Mengatasi Anak Menangis Saat Hari Pertama Sekolah, Orang Tua Wajib Tahu
KLIK WARTAKU – Hari pertama sekolah seringkali penuh drama. Ada anak yang langsung semangat, ada juga yang ogah-ogahan, bahkan menangis tidak mau masuk kelas. Seperti cerita Alexander Lane dari Minneapolis, ketika putrinya yang baru berusia 3 tahun pertama kali masuk prasekolah.
Hari pertama, sang putri menolak masuk kelas dan memilih duduk di mobil selama satu jam. Hari kedua, dia akhirnya masuk, tapi dengan air mata. Namun, sesuatu berubah di hari ketiga ia justru berlari penuh semangat ke ruang kelas.
Fenomena ini bukanlah hal asing. Memulai prasekolah atau taman kanak-kanak memang menjadi tonggak besar bagi anak, tapi juga bisa memunculkan kecemasan perpisahan. Rasa cemas saat jauh dari orang tua sebenarnya wajar dan merupakan bagian alami dari tumbuh kembang anak.
Mengapa Anak Sering Cemas di Hari Pertama Sekolah?
Psikolog anak menyebut, kecemasan perpisahan biasanya muncul karena anak merasa takut jika mereka jauh dari orang tua, sesuatu yang buruk bisa terjadi. Reaksinya bisa bermacam-macam, mulai dari tantrum, menolak sekolah, sampai tidak mau tidur sendiri.
Kimberly Skukalek, guru prasekolah di Florida, menyebut bahwa setiap tahun selalu ada murid yang mengalami hal ini. Tugas guru, kata dia, bukan hanya menenangkan anak, tetapi juga memberi rasa aman bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
“Kadang justru orang tua yang lebih cemas dibanding anak,” ujarnya.
Peran Orang Tua: Validasi, tapi Tetap Tegas
Izabela Milaniak, psikolog dari Rumah Sakit Anak Philadelphia, mengingatkan bahwa terlalu sering “mengalah” pada ketakutan anak justru bisa memperburuk kecemasan mereka. Anak perlu belajar bahwa mereka mampu menghadapi situasi sulit, walau terasa tidak nyaman.
Orang tua bisa:
- Menghargai perasaan anak (validasi), misalnya dengan mengatakan “Ayah/Ibu tahu kamu takut.”
- Tetap tegas dengan aturan penuh kasih, seperti tetap mengantar ke sekolah tanpa memberi opsi membolos.
- Memberi simbol keberanian, misalnya mainan kecil favorit yang bisa dibawa ke sekolah.
Cara Membantu Anak Lebih Berani
Banyak keluarga menerapkan strategi kecil tapi efektif. Misalnya, ayah Patrick Edmondson dari Washington DC membiarkan putranya membawa “mainan keberanian” saat masuk kelas. Ada juga yang membuat ritual perpisahan singkat, seperti tos, pelukan, atau kata-kata khusus sebelum orang tua pergi.
Tips lain yang bisa dicoba:
- Pemaparan bertahap: Biasakan anak berpisah sebentar, misalnya ditinggal di ruangan lain selama 5–10 menit.
- Buat rutinitas: Siapkan pakaian, bekal, dan cerita tentang sekolah sejak malam sebelumnya agar anak merasa dilibatkan.
- Jaga konsistensi: Semakin rutin, anak akan lebih cepat merasa aman.
Kapan Harus Waspada?
Jika kecemasan perpisahan berlangsung berbulan-bulan dan anak terus menolak sekolah, sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak atau psikolog. Namun, sebagian besar anak bisa melewati fase ini dengan dukungan orang tua dan lingkungan sekolah.
Seperti putri Alexander Lane yang awalnya menangis, kini ia justru tak sabar berlari ke kelas setiap pagi. Perubahan kecil itu jadi bukti bahwa anak mampu tumbuh lebih berani ketika didampingi dengan penuh cinta dan konsistensi.
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini