Beranda Ekonomi Dua CEPA Sudah Dituntaskan, Indonesia Bidik Pusat Perdagangan Global

Dua CEPA Sudah Dituntaskan, Indonesia Bidik Pusat Perdagangan Global

Oleh Era Sampurna - 30 September 2025, 13:02

Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso menandatangani perjanjian Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) di Ottawa, Kanada, Rabu (24 Sep).Penandatanganan dilakukan bersama Menteri Perdagangan Internasional Kanada Maninder Sidhu dan disaksikan Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney. (Foto: Kemendag)

KLIK WARTAKU – Indonesia menancapkan langkah besar di panggung perdagangan internasional. Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan, dua perjanjian strategis telah dicapai: Indonesia-Canada CEPA yang ditandatangani pada Rabu (24/9) dan Indonesia-EU CEPA yang selesai secara substantif pada Selasa (23/9).

“Penandatanganan CEPA dengan Kanada dan Uni Eropa adalah titik tolak memperkuat posisi perdagangan Indonesia di kancah global. Dengan implementasi Indonesia-EU CEPA, kami menargetkan peningkatan ekspor signifikan ke kawasan tersebut. Sementara dengan Kanada, nilai perdagangan diharapkan berlipat ganda,” tegas Mendag Budi saat membuka Strategic Forum Indonesia-Canada CEPA dan Indonesia-European Union CEPA di Jakarta, Senin (29/9).

Untuk mendukung implementasi, Kemendag menyiapkan otomatisasi sistem preferensi tarif SKA agar eksportir lebih mudah mengakses tarif terendah.

Sistem ini akan dipadukan dengan pembentukan sekretariat bersama bersama Kanada dan Uni Eropa.

Langkah ini disambut pelaku industri. PT Kapal Api Global melihat peluang besar bagi kopi Indonesia menembus pasar Kanada. PT Tatalogam Lestari menilai tarif 0 persen untuk besi dan baja ke Uni Eropa bisa jadi akselerator ekspor.

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Djatmiko Bris Witjaksono, menambahkan: “Dengan CEPA Uni Eropa dan Kanada, Indonesia ada di pusat arus perdagangan dunia dari Indo-Pasifik hingga Atlantik. Ini menegaskan peran strategis kita di kancah global.”

CEPA juga dinilai sebagai instrumen geopolitik. Akademisi dan analis menekankan, perjanjian ini bukan hanya soal tarif, melainkan kemitraan komprehensif yang mencakup investasi, teknologi, inklusivitas gender, hingga integrasi rantai pasok global.

Setelah Kanada dan Uni Eropa, Indonesia membidik negosiasi dengan Blok Mercosur di Amerika Latin dan memperkuat pendekatan ke kawasan Afrika pada 2026. Mendag optimistis langkah ini mampu mendukung target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. **