klikwartaku.com
Beranda Internasional Setelah Serangan AS Tewaskan 17 Orang, Venezuela Bagikan Senjata ke Warga

Setelah Serangan AS Tewaskan 17 Orang, Venezuela Bagikan Senjata ke Warga

Setelah serangan angkatan laut AS yang menewaskan puluhan orang, pemerintahan Maduro memobilisasi dan melatih milisi sipil—membagi seragam dan senjata di kawasan pro-pemerintah. Foto: Tangkapan layar YouTube Times Now World

KLIKWARTAKU — Ketegangan antara Venezuela dan Amerika Serikat memuncak setelah serangkaian serangan angkatan laut AS di Laut Karibia selatan menewaskan puluhan orang pada beberapa kapal yang diduga mengangkut narkoba.

Menyikapi hal itu, Presiden Nicolás Maduro memerintahkan mobilisasi dan pelatihan besar-besaran terhadap milisi sipil. Termasuk pembagian senjata dan latihan penggunaan senjata di kampung-kampung pro-pemerintah.

Warga lanjut usia dan relawan dari kawasan miskin yang selama ini kerap tampil sebagai massa pendukung Chavismo, kini terlihat menerima seragam, sepatu bot, dan latihan taktis.

Di kawasan 23 de Enero dan Petare (dua benteng tradisional pendukung pemerintah) para relawan mempraktikkan posisi menembak, memegang senapan AK-103 tiruan, dan mendengarkan instruksi militer sambil anak-anak dan penjual jalanan melintas tanpa banyak bergeming.

Pemerintah menyebut langkah ini sebagai persiapan pertahanan nasional menghadapi apa yang disebutnya “agresi tak dideklarasikan” oleh AS.

Klaim AS (bahwa kapal-kapal yang diserang merupakan bagian dari jaringan penyelundupan yang menargetkan pasar AS) memicu aksi militer di perairan internasional. Menurut laporan resmi dan media internasional, setidaknya tiga kapal telah dihancurkan dan total korban tewas mencapai belasan orang.

Pemerintah AS menyatakan operasi itu bagian dari kampanye anti-narkoba yang lebih luas, sementara beberapa pengamat dan kelompok HAM memperingatkan risiko korban sipil dan masalah hukum internasional dari serangan semacam itu.

Menlu dan Panglima Venezuela bereaksi keras: Vladimir Padrino menyebut serangan tersebut sebagai bentuk “perang” yang tidak diumumkan, dan Maduro memerintahkan Angkatan Bersenjata Nasional Bolivarian (FANB) untuk mengintegrasikan dan melatih milisi lokal.

Tujuannya, menurut kantor kepresidenan, adalah meningkatkan kesiapan sipil jika terjadi eskalasi militer. Namun analis politik memperingatkan bahwa strategi ini bisa berujung pada “human shield” — peningkatan risiko korban sipil dan tekanan internasional terhadap Caracas.

Warga yang bergabung memiliki motivasi beragam: sebagian menyatakan kesiapan mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan tanah kelahiran mereka; sebagian lain mengakui tekanan sosial dan politik untuk hadir dalam pelatihan.

Publik di luar kawasan pro-pemerintah cenderung menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa, menandakan bahwa rasa urgensi tidak merata di seluruh negeri. Analis menyebut mobilisasi semacam ini lebih berfungsi sebagai sinyal politik domestik daripada persiapan militer profesional.

Insiden ini juga disinggung dalam konteks diplomasi: setelah serangan pertama, Maduro sempat mengirim surat permintaan pertemuan, namun tawaran dialog itu belum membuahkan hasil konkret dari Washington.

Sementara itu, negara-negara regional menyimak dengan waspada—beberapa pemerintah menuntut penyelidikan internasional terhadap klaim-klaim serangan dan jumlah korban. Di sisi lain, otoritas di Republik Dominika melaporkan pemulihan paket narkoba dari salah satu kapal yang terkena serangan, menambah lapisan kontroversi soal bukti dan prosedur di laut internasional.

Ketegangan militer di kawasan Laut Karibia selatan telah mendorong pemerintah Venezuela mengintensifkan pelatihan dan pembagian senjata kepada milisi sipil, langkah yang dibilang Caracas sebagai kebutuhan pertahanan, tetapi dikhawatirkan pengamat sebagai langkah yang meningkatkan risiko korban sipil dan memperkeruh situasi diplomatik dengan AS.***

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan