Seng Hie, Bukan Sekedar Nama Pelabuhan Pontianak
Ada butir-butir yang bisa dipetik dari suatu keruntuhan, apalagi dari kejayaan. Kisah hidup Theng Seng Hie menyuguhkan keduanya.
Nama Seng Hie kini hanya lamat-lamat didengar. Namun di abad lalu, sekitar 1900-1930, dari berdagang palawija dan hasil hutan, lelaki legendaris Pontianak ini, berhasil membangun kerajaan bisnisnya menjadi perusahaan multinasional yang merambah berbagai bidang usaha.
Theng Seng Hie Concern berkembang menjadi konglomerasi yang menjelujur dari Singapura di Asia Tenggara, India di Asia Selatan, New York di Amerika, London serta Amsterdam di Eropa.
Seng Hie, yang disebut sebagai konglomerat West Borneo pada zamannya, konon menguasai hampir seperempat luas area bisnis Kota Tanah Seribu Pontianak dan boleh dibilang sebagai the richest man between Shanghai and Amsterdam.
Berbagai kisah berkembang di seputar kesuksesan Raja Pelabuhan Rakyat ini. Namun, kini tak banyak literatur yang tersedia menguraikan hal ini. Tak juga pada lingkungan generasi ketiga Seng Hie sendiri.
Bagi para cucu sang pesohor bisnis ini, segala yang mereka tahu tentang warisan Tionghoa, datang dari orangtua mereka. Dan kisah Theng Seng Hie adalah ujaran pertama yang menyuguhkan penyorotan sebenarnya tentang kepribadian serta kekuatan dari tabiat Seng Hie sebagaj pribadinya, mereka dengar dari orangtua mereka.
Theng Seng Hie sang legendaris tidak memperoleh kekayaan (dan juga kejayaannya) dengan mengusahakan (bahkan mewarisi) exploiteer harta ayahnya yang multi jutawan di tanah leluhurnya.
Sebaliknya Seng Hie secara gemilang menganalisa iklim dan keadaan alamiah dari Indonesia, dengan tujuan Pontianak di West Borneo, dan kebutuhan-kebutuhan dari rakyatnya serta dari rakyat negara-negara mana Pontianak (dan Indonesia) berdagang.
Dari analisa (dan naluri dagangnya) ini Seng Hie melihat bahwa hasil alam Kalimantan Barat bisa dirombak menjadi industri penting dan obyek dagangan.
Lelaki yang kini dikenang namanya dengan kawasan pelabuhan rakyat di Jalan Barito Pontianak, pelabuhan Seng Hie, pada zamannya sangat dikagumi kawan dan lawan.
Kawan adalah kalangan elit Kesultanan Pontianak, dan lawan tak bukan adalah para pejabat kolonial keresidenan.
Theng Seng Hie telah menciptakan industri besar yang terlebih dahulu tak seorang lain mencapainya di daerah ini.
Tentu baginya ini bukan kemujuran, namun inilah kecerdasan, keuletan dan yang utama diakui padanya adalah kejujuran.
Diakui, Seng Hie kerap dihadapkan pada hal-hal yang tidak menentu, ganjil.
Satu hal juga yang menonjol pada Theng Seng Hie yaitu dia telah menyingkirkan desas-desus dan isu-isu serta macam kata-kata yang mengandung iri hati yang selalu mengitari laki-laki yang berhasil.
Juga dia telah memerlukan menggali fakta-fakta sebenarnya dan secara menarik sekali telah disuguhkan olehnya, yaitu hidup berdampingan secara damai dengan semua orang.
Kota Pontianak, tentu tidak saja mereka yang dari masyarakat Tionghoa, boleh merasa bangga telah mempersembahkan seorang laki-laki legendaris berkaliber seorang Theng Seng Hie.
Meski tidak lahir di Indonesia, dan kelaknya setelah meninggal dipusarakan di tanah kelahirannya di Negeri China, namun Seng Hie menjadikan dirinya sebagai seorang yang tak pernah putus ikatan-ikatan pada negeri yang memperlakukannya sebagai seorang pesohor kenamaan.
Theng Seng Hie adalah seorang imigran, pendatang, dari daratan Tiongkok. Ia meninggalkan negeri leluhurnya dan memilih menetap di Pontianak.
Seng Hie datang dari golongan terpelajar dan kaya, ia menyingkirkan diri meninggalkan negerinya berbekal pepatah kuno Tiongkok, “bilamana seorang memiliki angan-angan dan batin yang kuat, maka maksud dan tujuan angan-angan itu pasti terkabul”. Dan dia berhasil membuktikan itu pada dirinya dan pada generasi selanjutnya.
Dua anaknya, Theng Ngiang Teng dan Theng Sia Liang, oleh Theng Seng Hie diberikan didikan untuk mengikuti penghormatannya kepada Indonesia, Pontianak negeri mereka dibesarkan.
Theng Seng Hie meninggal dunia dalam suatu pelayaran di kapal pribadinya dalam sebuah perjalanan bisnis. Pada usia yang tak terlalu senja, Seng Hie mengembuskan napas terakhirnya, ia menutup mata untuk selamanya.
Di tanah kelahirannya ia dikubur di sana dengan membawa dan sekaligus meninggalkan nama besar untuk Pontianak yang sangat dicintainya …
Meskipun Raja Pelabuhan Rakyat Theng Seng Hie telah wafat hampir seabad lalu, akan tetapi nama besarnya sampai kini masih menjadi buah tutur pelaku dagang jika mereka membicarakan soal perdagangan dan industri seumumnya.
Begitupun masyarakat luas Kota Pontianak, tak terkecuali yang tak mengenal nama Seng Hie. ****
* Penulis Syafaruddin Daeng Usman, dari sumber terbatas dan wawancara dengan keluarga Theng Seng Hie
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage